Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
menjadikan dunia ini sebagai tempat tinggal dan sekaligus untuk mendapatkan
mata pencaharian. Dia ciptakan siang untuk mencari penghidupan dan malam untuk
istirahat dan beribadah kepada-Nya, "Dan Kami jadikan malam sebagai
pakaian dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan." (QS An-Naba':
10-11).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam juga memerintahkan kepada kita untuk bekerja, "Tidaklah sekali-kali
seseorang makan suatu makanan yang lebih baik daripada makan dari hasil kerja
tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Dawud makan dari hasil tangannya
sendiri." (HR. Bukhari).
Islam juga memerintahkan agar di
dalam mencari rizki itu dengan cara yang baik dan halal. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika
benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah." (QS Al-Baqarah: 172). Dalam
ayat lain, "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah syetan, karena
syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS Al-Baqarah: 168).
Al-Hafidz Ibnu Mardawih
meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa ketika dia (Ibnu Abbas)
membaca sebuah ayat, berdirilah Sa'ad bin Abi Waqash
kemudian berkata: "Ya Rasulullah, do'akan kepada Allah agar aku senantiasa
menjadi orang yang dikabulkan do'anya oleh Allah." Maka Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Wahai Sa'ad perbaikilah makananmu
(makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu
dikabulkan do'anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada
seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan
diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh
dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya." (HR. At-Thabrani)
Dari hadits di atas dapat kita
ambil kesimpulan:
1. Perintah dari Allah agar memakan makanan yang
halal.
2. Makanan yang halal merupakan sebab terkabulnya
do'a.
3. Salah satu dampak dari memakan yang haram
adalah tidak diterimanya amalan kita.
Perintah Memakan Yang Halal
Tentang perintah untuk mencari
yang halal dan memakan yang halal, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga telah
memerintahkan kepada para RasulNya dengan firman-Nya, "Wahai para rasul, makanlah dari makanan
yangbaik-baik dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan." (QS Al-Mukminun: 51).
Maksud makan yang baik di sini
adalah yang halal. Yang demikian itu diperintahkan terlebih dahulu sebelum
mengerjakan amal shaleh, karena dengan memakan yang halal akan membantu untuk
melaksanakan amal shaleh.
Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman tentang larangan mendapatkan harta dengan cara yang haram, "Dan
janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kalian
dengan cara yang batil." (QS Al-Baqarah: 188).
Sebab Tidak Terkabulnya Do'a
Sesungguhnya manhaj Islam dalam
hal makanan adalah sebagaimana manhaj Islam dalam masalah yang lainnya untuk
menjaga akal, jiwa dan raga. Diperbolehkannya makanan yang halal adalah karena
bermanfaat bagi badan dan akal. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan
kepada para hambaNya agar meninggalkan makanan yang kotor dan haram karena akan
berpengaruh negatif terhadap hati, akhlaq dan menghalangi hubungan dirinya
dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala , serta menyebabkan tidak terkabulnya do'a.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak menerima
sesuatu kecuali yang baik." Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan
kepada orang-orang beriman, seperti Dia perintahkan kepada para rasul-Nya
dengan firman-Nya, "Wahai para Rasul, makanlah
kalian dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan". Dan firman-Nya: "Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik, dan
bersyukurlah kamu kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah." Kemudian Rasulullah menyebutkan
seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut lagi berdebu.
Orang tersebut menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo'a: "Ya
Tuhanku .. Ya Tuhanku .." Sedangkan makanannya haram, minumannya haram,
dan baju yang dipakainya dari hasil yang haram. Maka bagaimana mungkin do'anya
akan dikabulkan?" (HR. Muslim)
Hadits di atas menerangkan bahwa
makanan yang haram merupakan sebab tidak terkabulnya do'a.
Pengaruh Makanan Haram
Hendaknya kita bertaqwa kepada
Allah dengan cara memakan makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram.
Karena makanan yang baik itu mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia,
terhadap akhlaqnya, kehidupan hatinya dan jernihnya pandangan serta diterimanya
amal-amal kita. Sedangkan makanan yang haram mempunyai dampak buruk bagi
manusia, yang kalaulah dampak itu hanyalah tidak dikabulkannya do'apun niscaya
hal itu merupakan kerugian yang besar. Karena seorang hamba tidak lepas dari
kebutuhan berdo'a kepada Allah.
Di samping itu masih ada dampak
lain dari memakan yang haram, yaitu tidak diterimanya amal-amal yang telah kita
laksanakan.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa memperoleh harta dengan cara yang haram,
kemudian ia shadaqahkan, maka tidak akan mendatangkan pahala, dan dosanya
ditimpakan kepadanya." (HR. Ibnu Hibban)
Ibnu Umar radhiyallah 'anhu
berkata, "Barangsiapa membeli baju dengan sepuluh ribu dirham, namun dari
sepuluh ribu dirham tersebut ada satu dirham yang haram, maka Allah tidak
menerima amalnya selama baju itu masih menempel di tubuhnya."
Ibnu Abbas radhiyallah 'anhu
berkata, "Allah tidak menerima shalat seseorang yang di dalam perutnya ada
sedikit makanan haram."
Dalam kitab shahih Al-Bukhari
disebutkan, 'Aisyah radhiyallah 'anha menceritakan bahwa Abu Bakar mempunyai
pembantu yang selalu menyediakan makanan untuknya. Suatu kali pembantu tersebut
membawa makanan maka iapun memakannya. Setelah tahu bahwa makanan tersebut
didapatkan dengan cara yang haram, maka dengan serta merta ia masukkan jari
tangannya ke kerongkongan, kemudian ia muntahkan kembali makanan yang baru saja
masuk ke dalam perutnya.
Makanan haram bisa disebabkan
memang dzatnya yang haram, seperti: bangkai, daging babi, darah dan sebagainya.
Atau karena haram cara mendapatkannya, seperti dengan cara mencuri, riba,
curang dalam jual beli, korupsi, suap dan lain sebagainya. Praktek-praktek
mendapatkan harta dengan cara yang haram dapat dengan mudah kita saksikan di
zaman ini. Perampokan, penipuan, riba, korupsi, kolusi dan yang lainnya
hampir-hampir selalu diekspos tiap hari oleh koran-koran dan televisi atau
media lainnya. Seolah-olah hal ini sudah merupakan masalah yang biasa. Segala
macam cara akan digunakan manusia dalam rangka untuk mendapatkan harta yang
sebanyak-banyaknya.
Rasulullah telah bersabda,
"Akan datang suatu zaman, sese-orang tidak akan peduli terhadap apa yang
ia ambil, apakah itu halal atau haram." (HR. Bukhari).
Padahal harta yang haram itu
selain berdampak tidak terkabulnya do'a dan ditolaknya amal, ia juga merupakan
sebab mendapatkan adzab Allah di akhirat nanti. Dalam sebuah hadits shahih
disebutkan bahwa tidak bergerak dua telapak kaki anak cucu Adam di hari kiamat
nanti sampai ditanya (salah satunya) tentang hartanya darimana ia dapatkan dan
ke mana ia belanjakan.
Semoga Allah menjaga kita dari
memakan makan haram.