Masa jahiliyah seperti yang
pernah terjadi di jazirah Arab belasan abad yang silam memang telah berlalu,
namun demikian pada dasarnya pemikiran akan selalu ada dan setiap kaum itu ada
pewarisnya. Maka meskipun Abu Jahal dan Abu Lahab serta antek-anteknya telah
tiada, akan tetapi tidak menutup kemungkinan gaya dan karakter mereka masih
melekat pada sebagian ummat yang hidup di masa ini.
Syaikh Muhammad at-Tamimi,
seorang imam dakwah tauhid di masanya, telah menyebutkan lebih dari seratus
karakteristik jahiliyah yang kita semua diperintahkan untuk menyelisihinya.
Karena keterbatasn tempat maka dalam kesempatan ini hanya kami sebutkan
sebagiannya saja. Di antara yang terpenting untuk diketahui adalah sebagai
berikut:
Syirik Dalam Beribadah
Orang-orang jahiliyah melakukan
syirik atau penyekutuan di dalam beribadah dan berdoa kepada Allah subhanahu
wata’ala. Di samping memohon kepada Allah subhanahu wata’ala mereka juga
memohon kepada orang orang shaleh yang telah mati, mereka meminta syafaatnya di
sisi Allah dengan persangkaan bahwa Allah dan orang-orang shalih tersebut
menyintai hal itu.
Allah subhanahu wata’ala telah
berfirman, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka
berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi
Allah". (QS.Yunus:18).
Di dalam ayat lain disebutkan,
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), "Kami
tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dengan sedekat-dekatnya". (QS.az-Zumar:3)
Kemusyrikan semacam ini merupakan
masalah paling besar yang diingkari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka beliau mengajarkan keikhlasan (pemurnian/tauhid) dalam beribadah
hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memberitahukan bahwa agama yang beliau bawa adalah agama seluruh
rasul, dan Allah subhanahu wata’ala tidak akan menerima kecuali orang yang
ikhlas. Juga menjelaskan bahwa siapa saja yang melakukan kesyirikan dengan
dasar istihsan (menganggap baik) maka Allah subhanahu wata’ala mengharamkan
baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka.
Masalah inilah yang menjadi garis
pemisah antara seorang muslim dengan seorang kafir, dan dengan sebab itulah
terjadi perseteruan antara tauhid dengan syirik. Dan untuk inilah (memerangi
kesyirikan) Allah subhanahu wata’ala mensyari'atkan jihad, sebagaimana
difirmankan, “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama
itu semata-mata untuk Allah.” (QS. al-Anfal: 39)
Bercerai Berai Dalam Agama
Di antara sifat jahiliyah adalah
bercerai berai (tafarruq) dalam agama, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu
wata’ala, “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.” (QS. Ar-Rum: 31-32)
Demikian pula dalam urusan dunia,
mereka juga berpecah belah, dan masing-masing memandang diri mereka yang paling
benar. Maka datanglah Islam menyeru untuk bersatu dalam agama, sebagaimana
difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala, “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, “Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syura:13)
Kita dilarang untuk meniru-niru
mereka dan dilarang berpecah belah. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat.” (QS.Ali Imran: 105)
Dalam ayat sebelumnya disebutkan, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali Imran:103)
Tidak Menaati Ulil Amri
Menurut mereka, menyelisihi ulul
amri (pemegang urusan ummat) dan tidak menaati mereka merupakan keutamaan dan
kemuliaan. Sedangkan mendengarkan dan taat kepada waliyul amri adalah
kerendahan dan kehinaan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan untuk mendengarkan dan taat kepada ulul amri,bersabar atas
kezhaliman penguasa dan memberikan nasehat kepada mereka. Beliau sangat
menekankan itu, menjelaskannya serta mengulang-ulanginya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah ridha pada kalian dalam tiga hal;
"Jika kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun;
Jika kalian berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak berpecah belah; dan
jika kalian saling memberi nasehat kepada orang yang diserahi oleh Allah untuk
memegang urusan kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berbagai problem yang dihadapi
manusia baik dalam masalah agama ataupun keduniaan tidak lain disebabkan karena
adanya masalah dalam tiga hal ini, atau salah satu dari ketiganya.
Membangun Agama di Atas Taqlid
Bahwa agama orang jahiliyah
sebagian besarnya dibangun di atas landasan taqlid (ikut-ikutan), dan ini
merupakan kaidah terbesar seluruh orang kafir baik yang dulu maupun di masa
kini, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala, “Dan demikianlah, Kami
tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguh
nya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka". (QS. Az-Zukhruf:23)
Dalam ayat lainnya disebutkan,
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan
Allah". Mereka menjawab, "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa
yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan
mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam
siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqman: 21)
Oleh karena itu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam datang dengan menyerukan firman Allah subhanahu wata’ala,
“Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal
saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri;
kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun
pada kawanmu itu.” (QS.Saba': 46)
Juga firman Allah subhanahu
wata’ala, “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (dari padanya).” (QS.
Al-A'raf: 3)
Bangga dengan Banyaknya Pengikut
Di antara prinsip yang dipegang
olah kaum jahiliyah adalah merasa bangga dan terlena dengan banyaknya jumlah
mereka, dan mereka menjadikanya sebagai hujjah atas kebenaran sesuatu. Dan
sebaliknya mereka berhujjah bahwa yang batil adalah segala sesuatu yang asing
bagi mereka dan sedikit pengikutnya.
Mengukur Kebatilan dengan Orang
Lemah
Orang jahiliyah menganggap bahwa
segala sesuatu yang pengikut nya orang-orang lemah adalah kebatilan. Mereka
mengatakan sebagaimana di dalam firman Allah, “Mereka berkata, "Apakah
kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang
hina?"
Mereka juga menggunakan qiyas yang
keliru dan mengukur kebatilan dengan kecerdasan, sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ala, "Maka
berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat
kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak
melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina
di antara kami yang lekas percaya saja ." (QS. Hud: 27)