Kamis, 03 November 2011

Jalan Yang Lurus


”Dan bahwa (yang KAMI perintahkan ini) adalah jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-NYA. yang demikian itu diperintahkan ALLAH agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-An’am: 153)

Semua Agama Sama... ??!
Saat ini, berkembang pemahaman di dalam masyarakat bahwa agama itu pada dasarnya adalah sama. Mereka beralasan tidak ada satupun agama yang mengajarkan kepada setiap umatnya untuk melakukan perbuatan jelek dan semua agama menghendaki setiap umatnya untuk terus berbuat kebajikan baik bagi dirinya dan juga masyarakat.

Bahkan, di masyarakat juga berkembang suatu anggapan yang menunjukkan bahwa agama selain Islam adalah lebih baik. Mereka membandingkan kemajuan umat Islam dengan umat agama lain. Tampak di dalam pandangan mereka bahwa umat agama lain lebih baik dan lebih maju dalam segala segi, baik ekonomi, IPTEK, peradaban, disiplin dan sebagainya. sehingga terkadang timbul perasaan malu dan minder sebagai orang Islam. Apalagi saat ini, segala kejelekan dialamatkan kepada Islam, seperti teroris, terbelakang, miskin dan sebagainya.

Hanya Islam Agama Di Sisi ALLAH
Bagi seorang mukmin, satu-satunya jalan keselamatan di dunia dan akhirat adalah dengan taat kepada ALLAH dan Rasul-NYA dan beristiqomah hingga akhir hayatnnya untuk tetap berada di jalan yang lurus yaitu Islam. Sebagai mukmin, kita tidak boleh memandang bahwa bahwa ada jalan keselamatan lain selain Islam. Karena hanya Islam saja satu-satunya agama yang diridhoi dan diterima di sisi ALLAH dan agama selain Islam adalah tertolak.

ALLAH berfirman, ”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi ALLAH hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, ”Ini merupakan kabar dari ALLAH bahwasanya tidak ada agama di sisi-NYA yang diterima dari seseorang selain Islam. Yaitu mengikuti para Rasul dalam setiap apa yang mereka bawa pada setiap saat hingga berakhir pada Muhammad SAW. Yang mana jalan menuju diri-NYA ditutup melalui jalan Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam. Maka, barangsiapa menemui ALLAH (meninggal dunia) setelah diutusnya Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam dalam memeluk agama yang tidak sejalan dengan syariat-NYA, tidak akan pernah diterima. Sebagaimana yang difirmankan ALLAH, ”Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imran: 85).”

Keharusan masuk Islam juga telah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam. Seperti diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam melihat Umar ibnu Khaththab memegang Taurat, maka Beliau bersabda, ”Apakah kamu masuk ke dalamnya tanpa perhitungan wahai anak Khaththab? Demi DZAT yang jiwaku ada di Tangan-NYA, sungguh aku telah membawa agama yang putih bersih... demi DZAT yang jiwaku ada di Tangan-NYA, seandainya Musa hidup, maka tidak boleh baginya kecuali mengikutiku.” (HR. Ahmad, hasan menurut Albani)

Ukuran Kemuliaan
Manusia menjadikan parameter kemuliaan hidup, yaitu dengan keberhasilan dunia, berupa terpenuhinya kebutuhan hidup dan kemajuan-kemajuan yang sifatnya materi. Misal seorang dikatakan sukses bila orang tersebut telah berhasil menjadi orang yang berkecukupan, bahkan kalau bisa lebih dalam harta kekayaan, atau bila menduduki jabatan tinggi atau berhasil meraih gelar- gelar pendidikan yang sifatnya keduniawian, dan sebagainya.

Tetapi ukuran kemuliaan seseorang atau suatu kaum atau suatu bangsa di sisi ALLAH adalah ketakwaan. ALLAH berfirman, ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi ALLAH ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Demikian juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam bersabda, ”Tidak ada orang yang lebih mulia di sisi ALLAH dari seorang mukmin.” (HR. Ath-Thabrani)

Andaikan memang ALLAH hendak menjadikan ukuran kemuliaan manusia itu berdasarkan materi kekayaan, maka tentulah Qarun adalah orang paling mulia di sisi-NYA, atau kekuasaan yang menjadi ukuran kemuliaan maka tentu Fir’aun adalah orang yang mulia. Namun, ternyata sama sekali tidak. Bahkan Qarun, dan Fir’aun adalah orang yang dihinakan ALLAH di dunia dan akhirat dengan adzab. ALLAH berfirman, ”Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).” (QS. Al-Ankabut: 39)

Tidak Sama
Sekilas nampak ada kesamaan antara Islam dengan agama yang lain. Terutama dari segi ajaran kebajikan dan keutamaan akhlak. Tetapi sesungguhnya Islam dan agama selainnya adalah sangat berbeda sekali, bagaikan langit dan bumi atau bagaikan siang dan malam. Sungguh sangat berbeda.
Islam adalah agama yang didirikan di atas Tauhid yaitu menjadikan ibadah ditujukan semata-mata hanya kepada ALLAH dan membebaskan manusia dari penyembahan kepada selain-NYA, dan sangat memusuhi syirik, sedangkan agama selainnya adalah agama yang di dasari oleh syirik, menyembah kepada selain ALLAH seperti bulan, matahari, dewa-dewa, dan sebagainya.

ALLAH berfirman, ”Dan sesungguhnya KAMI telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah ALLAH (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS. An-Nahl: 36),

Dan di ayat lain ALLAH berfirman, ”dan KAMI tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan KAMI wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada TUHAN (yang hak) melainkan AKU, maka sembahlah olehmu sekalian akan AKU". (QS. Al-Anbiyaa’: 25)

Mati Dalam Keadaan Islam
Betapa agung dan betapa berharganya iman terhadap Tauhid, bahkan jauh lebih berharga dibandingkan dengan dunia dan seisinya dan ditambah lagi dengan yang semisalnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ”ALLAH Ta’ala berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan adzabnya, ”Andaikata engkau memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya ditambah yang seperti itu lagi, apakah engkau akan menebus dirimu dengan semua itu?” Orang itu menjawab, ”Ya”. Lalu DIA berfirman lagi, ”Sungguh AKU telah menghendaki darimu yang lebih ringan dari itu manakala engkau masih di tulang rusuk Adam, yaitu agar engkau tidak menyekutukan-KU.” (kemudian perawi ragu-ragu dan berkata, ”Aku mengira selanjutnya ALLAH Ta’ala berfirman lagi”) ”Dan AKU tidak akan memasukkanmu ke dalam neraka, namun engkau untuk itu bahkan sebaliknya hanya memilih utuk berbuat syirik.” (HR. Muslim)

Dan ALLAH juga telah berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada ALLAH sebenar-benar takwa kepada-NYA; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)


Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam bersabda: ”Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain ALLAH dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka ALLAH mengharamkan api neraka atasnya.” (HR. Muslim)

Demikian juga Hadis riwayat Ubadah bin Shamit, ia berkata:
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wassallam bersabda: ”Barang siapa mengucapkan: ”Aku bersaksi bahwa tidak ada TUHAN selain ALLAH semata, tidak ada sekutu bagi-NYA dan Muhammad adalah hamba dan utusan-NYA dan bersaksi bahwa Nabi Isa alaihi salam adalah hamba ALLAH dan anak hamba-NYA, serta kalimat-NYA yang dibacakan kepada Maryam dan dengan tiupan roh-NYA, bahwa surga itu benar dan bahwa neraka itu benar, maka ALLAH akan memasukkannya melalui pintu dari delapan pintu surga mana saja yang ia inginkan.” (HR. Muslim)

Karena itu, sungguh menyedihkan dan dalam keadaan merugi, bila ada mukmin rela imannya ditukar dengan sebungkus mie instant, atau beberapa lembar rupiah, atau keluar dari Islam, karena ingin menikah dengan orang kafir dan sebagainya. ”Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan ALLAH dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi ALLAH, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. An-Nahl: 95)