Selasa, 19 Agustus 2008

Agar Tak Sekedar Haus Dan Lapar

Dari Surat Al-Baqarah ayat 183, bisa kita ketahui bahwa taqwa menjadi tujuan diwajibkannya berpuasa selama di bulan Ramadhan atas orang-orang beriman. Dengan kata lain, bahwa puasa adalah proses yang dijamin oleh syari’at, yang akan menyampaikan seseorang pada ketaqwaan; melaksanakan perintah ALLAH dan menjauhi larangan-NYA. Ayat tersebut adalah: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Yang demikian merupakan wujud kemurahan hati dan kasih sayang ALLAH agar manusia selamat dan terjaga dari neraka dan apa-apa yang ditakutinya.

Saat Kebaikan Dimudahkan

ALLAH telah menyertai kewajiban tersebut dengan berbagai kemudahan bersamanya, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Apabila datang bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu jannah, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari-Muslim)

Dibukannya pintu jannah pada bulan ini adalah lantaran banyaknya pintu-pintu amal shalih dan banyak pula motivasi bagi yang mau mengamalkannya. Sedangkan ditutupnya pintu neraka lantaran sedikitnya kemaksiatan yang terjadi atas orang-orang yang beriman. Dan setan dibelenggu sehingga tidak bisa bebas melakukan sesuatu yang dibebaskan pada bulan sebelumnya. Maka barangsiapa yang mau memperhatikan niscaya bisa menyaksikan betapa banyak ladang amal yang terbuka dankemudahan bagi siapa saja yang hendak melaksanakan ketaatan kepada-NYA.

Demikian pula faedah shaum yang demikian banyak dan beragam, adalah karunia ALLAH sebagai jalan, sekaligus hiasan kebaikan dan tambahan keutamaan bagi siapa saja yang memenuhi panggilan-NYA.
Di antara faedah shaum adalah mendapatkan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat. “Dan puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)

Shaum juga menjadikan seorang hamba terbiasa dengan kesabaran dan menanggung beban maupun kesusahan. Karena shaum menuntut manusia meninggalkan apa yang menjadi keinginan dan seleranya.

Shaum juga memungkinkan manusia untuk menundukkan nafsunya yang cenderung pada syahwat. “Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh TUHAN-ku”.(QS. Yusuf: 53) maka orang yang shaum berarti mengekang kendali nafsu dan menundukkannya. Shaum juga dapat melemahkan aliran setan di dalam jasad, karena setan mengalir dalam diri anak Adam bersama aliran darah.
Shaum juga bisa mengingatkan seorang hamba akan nikmat ALLAH dan bersyukur karenanya. Tatkala ia lapar dan dahaga, maka timbul kesadaran bahwa ALLAH yang berkuasa untuk memberikan nikmat kepadanya dengan mempermudah baginya mendapatkan makanan dan minuman.

Selain itu, shaum juga bisa melahirkan kepedulian terhadap apa yang diderita orang-orang fakir yang lapar dan kehausan sebagaimana ia haus dan lapar saat berpuasa. Dalam waktu yang sama runtuh pula kesombongan dan perasaan tinggi hati di antara manusia ketika seluruhnya; baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang rakyat maupun pejabat, dengan serentak harus sama-sama tunduk patuh sebagai hamba di hadapan ALLAH.

Dan faedah shaum yang lainnya, adalah shaum juga bisa mewujudkan solidaritas dan persatuan kaum muslimin dan keterikatan bathin antara yang satu dengan yang lainnnya dikarenakan mereka sama-sama berpuasa serentak di seluruh dunia. Bahkan dari tinjauan medis, shaum terbukti memberi manfaat dan menyehatkan badan, karena dengan kosongnya perut dari makanan-makanan yang mendatangkan mudharat. Masih banyak lagi faedah puasa.

Supaya membuahkan Pahala

Namun hendaknya diingat, agar shaum memberi manfaat sebagaimana yang dikehendaki, maka orang yang berpuasa harus menetapi semua ketentuan dan menjaga batasan-batasannya.

Yang pertama niat, harus ikhlas semata-mata hendak mencari ridho ALLAH, bukan karena riya’ (agar dilihat orang), sum’ah (ingin didengar orang), ikut-ikutan orang, atau toleransi pada keluarga atau lingkungan. Dalam sebuah hadits yang telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim disebutkan, Abu Hurairah berkata, telah bersabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang melaksanakan shaum di bulan Ramadhan, karena penuh keimanan dan mengharapkan ridha ALLAH, maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni.”

Yang Kedua, harus menetapi sunnah Rasulullah SAW. Tidak boleh terkontaminasi bid’ah, baik dalam persiapan, pelaksanaan, maupun ketika selesai saat syawal menjelang. Karena Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membuat (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) ini, yang bukan darinya (Al-Qur’an) maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Batasannya Harus Dijaga

Sesungguhnya shaum memiliki perkara-perkara yang wajib dijaga dari hal-hal yang bisa membatalkan, atau dari apa saja yang bisa merusaknya. Ali bin Abi Thalib pernah bertanya, “Ya Rasulullah amal apakah yang paling utama di bulan ini?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya Abal Hasan, amal yang paling utama dibulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan ALLAH.”
Orang shaum adalah orang yang menjaga anggota badannya dari dosa, menjaga lisannya dari dusta, berkata kotor, dan bersaksi palsu, menjaga perutnya dari makanan dan minuman, dan menjaga kemaluannya dari tindakan keji. Apa yang dia ucapkan dan apa yang dia perbuat, semuanya hanya yang baik dan bermanfaat.

Di antara adab shaum adalah, hendaknya tidak terlalu banyak makan di waktu malam, tetapi sekedarnya saja. Karena tiadalah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari memenuhi perutnya. Jika seseorang memenuhi perutnya di awal alam, maka dia tidak dapat lagi memanfaatkan sisa malamnya untuk sesuatu amal yang utama, seperti membaca Al-Qur’an, Qiyamul lail dan sebagainya. Demikian pula di waktu sahur, perut yang terlalu kenyang menyebabkan malas dan lesu di siang hari.

Di antara adabnya pula, adalah mengakhirkan sahur, yakni memulai shaum (selesai sahur) tatkala terbit fajar yang kedua dan bersegera berbuka ketika matahari telah pasti terbenam dengan ia menyaksikannya sendiri atau ketika ia mendengar adzan. ALLAH berfirman, “Dan makan dan minumlah hingga terang benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Jika ada orang-orang yang begadang sampai larut malam, kemudian makan sahur sebelum tidurnya satu atau dua jam sebelum fajar, padahal yang demikian terkumpul setidaknya tiga kesalahan, bahwa mereka shaum sebelum waktu shaum, bisa jadi ia meninggalkan jama’ah shalat shubuh yang berarti telah bermaksiat kepada ALLAH dengan meninggalkan shalat berjama’ah yang wajib atasnya, dan ketiga bahwa terkadang hal tersebut menyebabkan dia mengerjakan shalat setelah habis waktunya. Mereka tidak shalat melainkan setelah terbit matahari. Sungguh ini musibah besar. ALLAH berfirman, “Maka kecelakanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)

Ibarat membangun sebagian sambil menghancurkan sebagian yang lainnya. Ingin menegakkan satu rukunnya, yakni shaum namun justru merobohkan satunya, yakni shalat.

Rugilah Yang Menyia-nyiakannya

Sungguh, Ramadhan adalah bulan paling mulia. hari-harinya adalah yang paling utama, malamnya adalah malam-malam yang paling bermakna, dan setiap detik waktunya adalah yang paling berharga. Di bulan ini ALLAH menurunkan berkah, rahmat, dan maghfirah-NYA. Di bulan ini nafas menjadi tasbih, tidur di hitung ibadah, amal-amal diterima, pahala dilipatgandakan dan doa dikabulkan.

Karena itu, celakalah orang-orang tidak mengambil manfaatnya, selain haus dan lapar. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung. amin


Sumber : Ar-Risalah No. 63/tahun 2006