Minggu, 24 Agustus 2008

Andai Besok Ramadhan Terakhir


Barangsiapa melaksanakan shiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan balasan dari ALLAH, niscaya dosa-dosanya telah lalu akan diampuni (HR. Bukhari-Muslim)

Apa yang akan kita lakukan jika kita diberitahu bahwa seorang pejabat tinggi misal seorang Menteri akan datang ke rumah kita? Kita pasti akan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangannya. Mulai dari hidangan, tempat menginap sampai alat-alat elektronik untuk mengabadikan momen bersama beliau. Dan persiapan itu akan kita persiapkan dengan sungguh-sungguh jika kita tahu bahwa itu adalah kesempatan satu-satunya kita miliki.

Keutamaan Ramadhan jelas lebih besar daripada keutamaan seorang pejabat tinggi. Di bulan itu ada satu hari yang lebih baik dari seribu bulan. Di bulan itu pintu neraka ditutup dan pintu jannah dibuka. Di bulan itu kita diperintah untuk melaksanakan shiyam Ramadhan yang ALLAH sendirilah yang akan membalasnya. Di bulan itu amalan sunnah yang kita amalkan bernilai amalan fardhu, sedangkan amalan fardhu digandakan 70 kali. Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lainnya.


Mestinya beberapa keutamaan Ramadhan di atas sudah membuat kita bersiap-siap menyambutnya secara ‘luar biasa’. Nah, bagaimana pula kiranya, jika ternyata Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita? Seperti apakah persiapan yang kita lakukan?
Di antara yang bisa dan semestinya kita lakukan dalam upaya menyambut Ramadhan adalah:

Muraja’ah Kajian Fiqh Shiyam dan Qiyam Ramadhan

Ini yang paling utama. Sebab al-’ilmu qablal qaul wal ’amal, sebelum berbicara dan berilmu harus tahu lebih dahulu ilmunya. Meski pernah mempelajarinya, mengulanginya kembali tentu tidak ada salahnya. Apalagi jika kita mendapati hal-hal baru atau hal-hal yang sudah pernah kita baca namun baru kini kita mengerti maksud sebenarnya.

Mengkaji fiqh shiyam meliputi syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, pembatal-pembatalnya, hal-hal yang disunnahkan, dan perkara-perkara yang dimakruhkan. Juga, berbagai perbedaan pendapat di antara para ulama sehubungan dengan semua itu.

Baik juga jika kita mengkaji hikmah-hikmah shiyam supaya kita dapat menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Dan sebelum menunaikannya, kita patrikan di dalam benak kita hadits berikut, “Barangsiapa melaksanakan shiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan balasan dari ALLAH, niscaya dosa-dosanya telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari-Muslim)

Qiyam ramadhan atau shalat Tarawih adalah amalan sunnah yang sangat ditekankan di bulan Ramadhan. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menunaikan shalat Tarawih berjama’ah di masjid selama tiga hari berturut-turut dan sekiranya tidak khawatir para sahabat akan mengira bahwa shalat Tarawih itu itu wajib dikerjakan secara berjama’ah di masjid, niscaya Beliau terus melaksanakannya.

Dan sebaiknya kita patrikan pula dibenak kita, hadits shahih berikut, “Barangsiapa melaksanakan qiyam Ramadhan (Tarawih) dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan balasan dari ALLAH, niscaya dosa-dosanya telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari-Muslim)

Intensifikasi Ibadah Di Bulan Ramadhan

Ini penting, karena tabiat manusia akan merasa sangat kesulitan jika langsung dibebani dengan tugas yang berat. Shiyam dan qiyam di bulan Ramadhan bukanlah amalan yang ringan kecuali bagi yang sudah terbiasa melakukan shiyam sunnah dan qiyamullail pada malam-malam selain Ramadhan.

Rasulullah SAW yang sudah terbiasa mengamalkan shiyam sunnah dan senantiasa menjaga qiyamullail, melipatgandakan amal ibadah Beliau, khususnya shiyam di bulan Sya’ban. A’isyah menyatakan, “Aku tidak pernah menyaksikan Rasulullah SAW menyempurnakan shiyam sebulan penuh selain shiyam Ramadhan. Aku juga tidak menyaksikan Beliau mengerjakan shiyam sebanyak yang Beliau kerjakan di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim)

Dan di riwayat lain A’isyah berkata, “Aku tidak pernah menyaksikan Beliau melaksanakan shiyam dalam satu bulan melebihi shiyam Beliau di bulan Sya’ban. Beliau melaksanakan shiyam selama bulan Sya’ban, penuh. Beliau melaksanakan shiyam di bulan Sya’ban, kecuali beberapa hari saja.” (HR. Muslim)

Dengan membiasakan shiyam, qiyam dan banyak membaca Al-Qur’an di bulan Sya’ban, diharapkan nantinya di bulan Ramadhan kita sudah bisa langsung ’tancap gas’, beramal dengan sungguh-sungguh tanpa dihinggapi rasa malas atau berat dalam menunaikannya. Tidak perlu pemanasan dan penyesuaian terlebih dahulu.

Menebalkan Iman

Kuat dan tebalnya keimanan kita, khususnya keimanan kepada hari akhir memiliki andil yang sangat besar tehadap keseriusan kita dalam beramal. Jika kita yakin bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi, bahwa kenikmatan dan siksaan di sana adalah rasa yang sebenarnya-karena dirasakan oleh jasmani dan ruhani sekaligus - sedangkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang sebentar atau sementara saja, pastilah kita - yang cerdas dan berakal - akan mendahulukan semua yang diperlukan demi kesuksesan di akhirat.

Tentang nilai dunia, Rasulullah SAW bersabda, “Dibandingkan di akhirat, dunia itu hanya seperti air yang menempel di jari salah seorang dari kalian ~ lalu Yahya (salah seorang perawi hadits ini) mengisyaratkan dengan jari telunjuknya ~ di lautan. Lihatlah, seberapa banyak (air) yang dibawanya.” (HR. Muslim)
Ya, sungguh tiada artinya kenikmatan dunia dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat.

Kajian tentang apa yang telah terjadi setelah kita mati di alam barzakh kelak dan bahwa seseorang itu bisa meninggalkan dunia yang fana ini kapan saja, tentunya menyadarkan kita untuk bersiap-siap menghadapinya, kapan saja.

ALLAH berfirman, “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah KAMI berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya RABB-ku, mengapa ENGKAU tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun: 10)

Kajian tentang nikmatnya jannah dan perihnya neraka akan menyadarkan kita dan membuat kita sangat merindukan kehidupan akhirat. Terlebih jika beban berat senantiasa kita pikul dari waktu ke waktu.

Keimanan kepada hari akhir yang kuat akan mengurangi sikap berlebihan kita dalam mencintai dan mengurusi dunia. Kita tidak bakalan rela membiarkan dunia menyita waktu kita. Dan Ramadhan yang memiliki begitu banyak kelebihan terlalu sayang dibiarkan berlalu. Apalagi setelah selama sebelas bulan kita banyak dilalaikan oleh nikmat dunia.

Berazzam Untuk Tidak Menyia-nyiakan Ramadhan

Setelah ketiga persiapan pertama sudah maksimal dan ramadhan di ambang pintu, tiba saatnya untuk membulatkan tekad, berazzam untuk tidak menyia-nyiakan Ramadhan. Tidak membiarkan sedetikpun berlalu kecuali dalam rangka ibadah.

Dengan tekad ini semoga jika seandainya kita tidak berkesempatan lagi berjumpa dengan Ramadhan, kita tidak terhalangi dari fadilahnya. Yang demiian ini karena Rasulullah SAW telah bersabda, ”Hanyasanya amal-amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap seseorang itu akan mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari)

Semoga pula dengan datangnya Ramadhan ini ketakwaan kita kepada ALLAH semakin meningkat, karena sesungguhnya satu ciri shiyam yang diterima itu adalah meningkatnya takwa. Sebagaimana ALLAH berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Sumber: Ar-Risalah: no. 28 tahun 2003