"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan ALLAH dan karena mereka membenci keridhaan-NYA, sebab itu ALLAH menghapus (pahala) amal-amal mereka." (QS. Muhammad: 28)
BESARNYA NIKMAT ALLAH
Ketahuilah sesungguhnya rahmat ALLAH sangat luas. ALLAH berfirman, ”... dan rahmat-KU meliputi segala sesuatu. Maka akan AKU tetapkan rahmat-KU untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat KAMI.” (QS. Al-A’raaf: 156)
Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah SAW yang sangat banyak, di antaranya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khaththab bahwasanya Nabi SAW melihat seorang wanita sedang menggendong anaknya sambil memberi makan, lantas Nabi SAW bertanya kepada para sahabat, ”Apakah kalian mengira ibu ini tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami (para sahabat) mejawab, ”Demi ALLAH, dia tidak akan tega.” Rasulullah SAW pun bersabda, ”Ketahuilah, ALLAH lebih mengasihi para hamba-NYA daripada seorang ibu kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Sa’id Al-Khudri menceritakan bahwa bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda, ”Setan berkata,’Demi kemuliaan-MU wahai RABB-ku, aku akan senantiasa menyesatkan para hamba-MU selama mereka masih hidup. ALLAH membalas perkataanya, ’Demi Kemuliaan dan Keagungan-KU, aku senantiasa memberi ampunan kepada mereka selama mereka meminta ampun kepada-KU.” (HR. Ahmad, Hasan Lighairihi)
Imam Munawi berkata, ”ini janji ALLAH untuk memberi ampunan.” (Faidhul Qadir 2/437).
Akan tetapi sadarilah wahai para hamba yang sedang meniti jalan RABB-nya, luasnya rahmat dan ampunan ALLAH, janganlah menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-NYA. ALLAH berfirman, ”ALLAH berfirman: "Siksa-KU akan KU-timpakan kepada siapa yang AKU kehendaki.” (QS. Al-A’raaf: 156)
Oleh karena itu, janganlah kita merasa bahwa segala malan yang kita kerjakan pasti diterima oleh ALLAH, siapakah yang bisa menjamin hal itu? Generasi terdahulu, yaitu para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in, dengan segala kebaikan yang mreka miliki, mulai dari ibadah, amal kebajikan, zuhudnya, dan pengetahuan mereka bahwa ALLAH Maha Luas Ampunan dan Rahmat-NYA, mereka masih dihinggapi rasa takut akan tertolaknya amal yang mereka kerjakan. Lihatlah gambaran Al-Qur’an tentang mereka, ”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada TUHAN mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 60)
A’isyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ayat tersebut, Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, shalat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima amalannya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
Amal shalih adalah perkara yang besar, karena menyangkut keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Perhatikanlah firman ALLAH, ”Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-NYA kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (QS. Al-Baqarah: 266)
Ibnu Abbas berkata, ”ALLAH membuat permisalan tentang sebuah amalan.” Umar bertanya, ”Amalan apa?” Beliau menjawab, ”Amalan ketaatan seseorang yang kaya, kemudian ALLAH mengutus setan kepadanya hingga orang itu berbuat maksiat yang pada akhirnya setan menghanguskan amalannya.” (HR. Bukhari)
PENYEBAB HAPUSNYA AMAL SHALIH
1. Syirik Kepada ALLAH
Tidak ragu lagi, syirik adalah penyakit akut lagi berbahaya, siap membunuh pelakunya kapan dan dimanapun, tiada jalan lain bagi orang yang berbuat syirik kecuali dengan taubat. Orang yang berbuat syirik amalannya tidak bermanfaat sedikitpun, camkanlah ayat-ayat berikut:
”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (TUHAN), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
”Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan ALLAH, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
Ketahulaih, perbuatan syirik tidak akan mendatangkan manfaat sedikitpun kepada pelakunya. Ia akan merugi selama-lamanya, amalannya terhapus dan tertolak, sia-sia belaka bagaikan debu yang bertebaran. ALLAH berfirman, ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu KAMI jadikan amalan itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
”... seandainya mereka mempersekutukan ALLAH, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka lakukan.” (QS. Al-An’am: 88)
”Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19)
Renungkanlah maksud dari ’sedang ia adalah mukmin’ adalah ia tidak kafir dan syirik. Karena sesungguhnya kekafiran dan kesyirikan itu tidaklah bermanfaat sedikitpun baginya di dunia dan akhirat, bahkan hal tersebutlah yang dapat menyebabkan terhapusnya amalan mereka, betapapun banyak amal shalih yang telah diperbuatnya.
A’isyah pernah suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Abdullah Jud’an yang mati dalam keadaan syirik, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan orang miskin, menolong yang teraniaya, punya kebaikan yang banyak. Rasulullah SAW menjawab, ”Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan, ’Wahai RABB-ku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak.’” (HR. Muslim)
Maka sudah menjadi kemestian bagi orang yang mengendaki amalannya diterima di sisi ALLAH untk mentauhidkan-NYA, karena Tauhid adalah hal ALLAH yang paling besar bagi para hamba-NYA.
Lihatlah, perkara syafa’at pada hari kiamat, khusus diberikan kepada orang-orang yang bertauhid bukan kepada orang yang berbuat syirik.
Rasulullah SAW bersabda, ”Syafaat ini akan diperoleh, insya ALLAH, bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bahkan, adalah suatu kebodohan terbesar bagi manusia yang telah dianugerahkan akal kepadanya, apabila dia melakukan perbuatan syirik yaitu menyembah dan meminta kepada selain ALLAH. Seperti orang yang meminta ke kuburan, mendatangi dukun, bahkan ada orang yang memuja binatang, atau benda-benda mati. ALLAH berfirman, ”Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir: 14)
”Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada ALLAH, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah ALLAH memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung.” (QS. Al-An’am: 71)
Demikianlah bagi yang ingin agar amal shalihnya tidak terhapus, maka dia harus meghindari sejauh mungkin perbuatan syirik, dalam segala hal, seperti berdoa atau dalam ibadah lainnya, seperti nadzar, menyembelih kurban, atau mendatangi dukun dan meminta pertolongannya.
2. Riya’
Riya’ tidak diragukan lagi membatalkan dan menghapuskan amalan seseorang. Berdasarkan hadits qudsi, ”(ALLAH berfirman): ”Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-KU kepada yang lain, maka AKU tinggalkan amalannya dan tandingannya.” (HR. Muslim)
Penyakit inilah yang paling dikhawatirkan Rasulullah SAW menimpa umatnya. Beliau bersabda, ”Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah SAW menjawab, ”Yaitu riya’”. (HR. Ahmad)
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, ”Ketahuilah bahsawanya amalan yang ditujukan kepada selain ALLAH bermacam-macam. Adakalanya murni dipenuhi riya’, tidaklah yang dia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya dengan orang-orang munafik di dalam shalat mereka. ALLAH berfirman, ’Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.’ (QS. An-Nisa’: 42). Lanjutnya lagi, ”Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya’- tidak diragukan lagi bagi seorang muslim- sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapatkan murka dan balasan dari ALLAH. Adakalanya pula amalan itu ditujukan kepada ALLAH, akan tetapi terkotori oleh riya’. Jika terkotori dari asal niatnya maka dalil-dalil yang shahih menunjukkan batalnya amalan tersebut.” (Taisir Aziz Hamid)
3. Menerjang Keharaman ALLAH Tatkala Sendiri
Banyak di antara kita yang berani menerjang keharaman ALLAH, utamanya saat sepi dan tidak ada yang tahu, padahal ALLAH DZAT yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Orang yang tetap nekat menerjang keharaman ALLAH saat bersendiri, akan terhapus amalannya, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ”Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. ALLAH menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang beterbangan.” Tsauban bertanya, ”Terangkanlah sifat mereka kepada kami ya Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka.” Rasulullah SAW menjawab, ”Mereka masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman-keharaman ALLAH.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani)
4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya
Berdasarkan firman ALLAH, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada ALLAH dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan ALLAH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)
Juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ”Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh ALLAH pada hari kiamat, tidak disucikan-NYA, dan baginya adzab yang pedih.” Para sahabat bertanya, ”Terangkan sifat mereka kepada kami, alangkah meruginya mereka.” Nabi SAW bersabda, ”Mereka adalah yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim)
5. Mendahului Rasulullah SAW dalam Perintahnya
Maksudnya, janganlah seorang muslim mengerjakan amalan yang tidak Rasulullah SAW perintahkan, karena hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap Beliau. Ditambah lagi, syarat diterimanya amalan adalah sesuai dengan petunjuknya, tidak menambahi dan tidak mengurangi.
ALLAH berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului ALLAH dan Rasul-NYA dan bertakwalah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Rasulullah SAW juga bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak termasuk urusan Kami maka tertolak.” (HR. Muslim)
Kita sering melihat orang melakukan suatu amal perbuatan yang tidak diperintahkan dan tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan memperoleh pahala dan kebaikan dari ALLAH. Padahal sesungguhnya mereka telah menyelisihi ALLAH dan Rasul-NYA, karena telah mengubah syariat tanpa hak, yang hanya berbekal persangkaan semata kepada ALLAH.
ALLAH berfirman, ”Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 36)
Imam Ibnul Qayyim berkata, ”Waspadalah kalian dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana ALLAH berfirman, ”Dan (begitu pula) KAMI memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan KAMI biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS. Al-An’am: 110)
6. Bersumpah Atas Nama ALLAH
Rasulullah SAW bersabda, ”Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa sedangkan sedangkan satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya, ”Berhentilah berbuat dosa.” Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata, ”Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?” Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata, ”Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni.” atau ”Demi ALLAH, ALLAH tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.” Akhirnya ALLAH mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-NYA. ALLAH berkata kepada orang yang rajin beribadah, ”Apakah engkau tahu apa yang ada di Diri-KU, ataukah engkau merasa mampu atas apa yang ada di Tangan-KU?” ALLAH berkata kepada orang yang berbuat dosa, ”Masuklah engkau ke dalam surga karena Rahmat-KU.” dan DIA berkata keada yang rajin beribadah, ”Dan engkau masuklah ke dalam neraka.” Abu Hurairah berkata, ”Demi DZAT yang jiwaku ada di Tangan-NYA, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” (HR. Abu Dawud)
Juga dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, ”Ada orang yang berkata, ”Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni si fulan.” Maka ALLAH berfirman, ”Siapa yang bersumpah atas nama-KU bahwa AKU tidak akan mengampuni si fulan, sungguh AKU telah mengampuninya dan AKU membatalkan amalanmu.” (HR. Muslim)
7. Membenci Sunnah Rasulullah SAW Sekalipun Dia Mengamalkannya
”Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan ALLAH (Al Quran) lalu ALLAH menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9)
Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-NYA berupa Al-Qur’an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan, karena alasan itu ALLAH menghapuskan amal-amal kebajikan yang pernah dikerjakan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan oleh ALLAH untuk menjauhi sebab-sebab di atas. Kita memohon kepada-NYA agar amalan yang kita kerjakan dinilai sebagai amalan yang shalih di sisi-NYA. Amin ya Rabbil ’alamin
Sumber: Al-Furqon Edisi I Tahun VI
BESARNYA NIKMAT ALLAH
Ketahuilah sesungguhnya rahmat ALLAH sangat luas. ALLAH berfirman, ”... dan rahmat-KU meliputi segala sesuatu. Maka akan AKU tetapkan rahmat-KU untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat KAMI.” (QS. Al-A’raaf: 156)
Hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah SAW yang sangat banyak, di antaranya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khaththab bahwasanya Nabi SAW melihat seorang wanita sedang menggendong anaknya sambil memberi makan, lantas Nabi SAW bertanya kepada para sahabat, ”Apakah kalian mengira ibu ini tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami (para sahabat) mejawab, ”Demi ALLAH, dia tidak akan tega.” Rasulullah SAW pun bersabda, ”Ketahuilah, ALLAH lebih mengasihi para hamba-NYA daripada seorang ibu kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Sa’id Al-Khudri menceritakan bahwa bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda, ”Setan berkata,’Demi kemuliaan-MU wahai RABB-ku, aku akan senantiasa menyesatkan para hamba-MU selama mereka masih hidup. ALLAH membalas perkataanya, ’Demi Kemuliaan dan Keagungan-KU, aku senantiasa memberi ampunan kepada mereka selama mereka meminta ampun kepada-KU.” (HR. Ahmad, Hasan Lighairihi)
Imam Munawi berkata, ”ini janji ALLAH untuk memberi ampunan.” (Faidhul Qadir 2/437).
Akan tetapi sadarilah wahai para hamba yang sedang meniti jalan RABB-nya, luasnya rahmat dan ampunan ALLAH, janganlah menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-NYA. ALLAH berfirman, ”ALLAH berfirman: "Siksa-KU akan KU-timpakan kepada siapa yang AKU kehendaki.” (QS. Al-A’raaf: 156)
Oleh karena itu, janganlah kita merasa bahwa segala malan yang kita kerjakan pasti diterima oleh ALLAH, siapakah yang bisa menjamin hal itu? Generasi terdahulu, yaitu para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in, dengan segala kebaikan yang mreka miliki, mulai dari ibadah, amal kebajikan, zuhudnya, dan pengetahuan mereka bahwa ALLAH Maha Luas Ampunan dan Rahmat-NYA, mereka masih dihinggapi rasa takut akan tertolaknya amal yang mereka kerjakan. Lihatlah gambaran Al-Qur’an tentang mereka, ”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada TUHAN mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 60)
A’isyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ayat tersebut, Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, shalat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima amalannya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
Amal shalih adalah perkara yang besar, karena menyangkut keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Perhatikanlah firman ALLAH, ”Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-NYA kepada kamu supaya kamu memikirkannya.” (QS. Al-Baqarah: 266)
Ibnu Abbas berkata, ”ALLAH membuat permisalan tentang sebuah amalan.” Umar bertanya, ”Amalan apa?” Beliau menjawab, ”Amalan ketaatan seseorang yang kaya, kemudian ALLAH mengutus setan kepadanya hingga orang itu berbuat maksiat yang pada akhirnya setan menghanguskan amalannya.” (HR. Bukhari)
PENYEBAB HAPUSNYA AMAL SHALIH
1. Syirik Kepada ALLAH
Tidak ragu lagi, syirik adalah penyakit akut lagi berbahaya, siap membunuh pelakunya kapan dan dimanapun, tiada jalan lain bagi orang yang berbuat syirik kecuali dengan taubat. Orang yang berbuat syirik amalannya tidak bermanfaat sedikitpun, camkanlah ayat-ayat berikut:
”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (TUHAN), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
”Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan ALLAH, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
Ketahulaih, perbuatan syirik tidak akan mendatangkan manfaat sedikitpun kepada pelakunya. Ia akan merugi selama-lamanya, amalannya terhapus dan tertolak, sia-sia belaka bagaikan debu yang bertebaran. ALLAH berfirman, ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu KAMI jadikan amalan itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
”... seandainya mereka mempersekutukan ALLAH, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka lakukan.” (QS. Al-An’am: 88)
”Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19)
Renungkanlah maksud dari ’sedang ia adalah mukmin’ adalah ia tidak kafir dan syirik. Karena sesungguhnya kekafiran dan kesyirikan itu tidaklah bermanfaat sedikitpun baginya di dunia dan akhirat, bahkan hal tersebutlah yang dapat menyebabkan terhapusnya amalan mereka, betapapun banyak amal shalih yang telah diperbuatnya.
A’isyah pernah suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Abdullah Jud’an yang mati dalam keadaan syirik, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan orang miskin, menolong yang teraniaya, punya kebaikan yang banyak. Rasulullah SAW menjawab, ”Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan, ’Wahai RABB-ku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak.’” (HR. Muslim)
Maka sudah menjadi kemestian bagi orang yang mengendaki amalannya diterima di sisi ALLAH untk mentauhidkan-NYA, karena Tauhid adalah hal ALLAH yang paling besar bagi para hamba-NYA.
Lihatlah, perkara syafa’at pada hari kiamat, khusus diberikan kepada orang-orang yang bertauhid bukan kepada orang yang berbuat syirik.
Rasulullah SAW bersabda, ”Syafaat ini akan diperoleh, insya ALLAH, bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan ALLAH dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bahkan, adalah suatu kebodohan terbesar bagi manusia yang telah dianugerahkan akal kepadanya, apabila dia melakukan perbuatan syirik yaitu menyembah dan meminta kepada selain ALLAH. Seperti orang yang meminta ke kuburan, mendatangi dukun, bahkan ada orang yang memuja binatang, atau benda-benda mati. ALLAH berfirman, ”Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir: 14)
”Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada ALLAH, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah ALLAH memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung.” (QS. Al-An’am: 71)
Demikianlah bagi yang ingin agar amal shalihnya tidak terhapus, maka dia harus meghindari sejauh mungkin perbuatan syirik, dalam segala hal, seperti berdoa atau dalam ibadah lainnya, seperti nadzar, menyembelih kurban, atau mendatangi dukun dan meminta pertolongannya.
2. Riya’
Riya’ tidak diragukan lagi membatalkan dan menghapuskan amalan seseorang. Berdasarkan hadits qudsi, ”(ALLAH berfirman): ”Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-KU kepada yang lain, maka AKU tinggalkan amalannya dan tandingannya.” (HR. Muslim)
Penyakit inilah yang paling dikhawatirkan Rasulullah SAW menimpa umatnya. Beliau bersabda, ”Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah SAW menjawab, ”Yaitu riya’”. (HR. Ahmad)
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, ”Ketahuilah bahsawanya amalan yang ditujukan kepada selain ALLAH bermacam-macam. Adakalanya murni dipenuhi riya’, tidaklah yang dia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya dengan orang-orang munafik di dalam shalat mereka. ALLAH berfirman, ’Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.’ (QS. An-Nisa’: 42). Lanjutnya lagi, ”Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya’- tidak diragukan lagi bagi seorang muslim- sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapatkan murka dan balasan dari ALLAH. Adakalanya pula amalan itu ditujukan kepada ALLAH, akan tetapi terkotori oleh riya’. Jika terkotori dari asal niatnya maka dalil-dalil yang shahih menunjukkan batalnya amalan tersebut.” (Taisir Aziz Hamid)
3. Menerjang Keharaman ALLAH Tatkala Sendiri
Banyak di antara kita yang berani menerjang keharaman ALLAH, utamanya saat sepi dan tidak ada yang tahu, padahal ALLAH DZAT yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Orang yang tetap nekat menerjang keharaman ALLAH saat bersendiri, akan terhapus amalannya, berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ”Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. ALLAH menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang beterbangan.” Tsauban bertanya, ”Terangkanlah sifat mereka kepada kami ya Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka.” Rasulullah SAW menjawab, ”Mereka masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman-keharaman ALLAH.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani)
4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya
Berdasarkan firman ALLAH, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada ALLAH dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan ALLAH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)
Juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ”Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh ALLAH pada hari kiamat, tidak disucikan-NYA, dan baginya adzab yang pedih.” Para sahabat bertanya, ”Terangkan sifat mereka kepada kami, alangkah meruginya mereka.” Nabi SAW bersabda, ”Mereka adalah yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim)
5. Mendahului Rasulullah SAW dalam Perintahnya
Maksudnya, janganlah seorang muslim mengerjakan amalan yang tidak Rasulullah SAW perintahkan, karena hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap Beliau. Ditambah lagi, syarat diterimanya amalan adalah sesuai dengan petunjuknya, tidak menambahi dan tidak mengurangi.
ALLAH berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului ALLAH dan Rasul-NYA dan bertakwalah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Rasulullah SAW juga bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak termasuk urusan Kami maka tertolak.” (HR. Muslim)
Kita sering melihat orang melakukan suatu amal perbuatan yang tidak diperintahkan dan tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan memperoleh pahala dan kebaikan dari ALLAH. Padahal sesungguhnya mereka telah menyelisihi ALLAH dan Rasul-NYA, karena telah mengubah syariat tanpa hak, yang hanya berbekal persangkaan semata kepada ALLAH.
ALLAH berfirman, ”Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 36)
Imam Ibnul Qayyim berkata, ”Waspadalah kalian dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana ALLAH berfirman, ”Dan (begitu pula) KAMI memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan KAMI biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS. Al-An’am: 110)
6. Bersumpah Atas Nama ALLAH
Rasulullah SAW bersabda, ”Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa sedangkan sedangkan satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya, ”Berhentilah berbuat dosa.” Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata, ”Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?” Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata, ”Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni.” atau ”Demi ALLAH, ALLAH tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.” Akhirnya ALLAH mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-NYA. ALLAH berkata kepada orang yang rajin beribadah, ”Apakah engkau tahu apa yang ada di Diri-KU, ataukah engkau merasa mampu atas apa yang ada di Tangan-KU?” ALLAH berkata kepada orang yang berbuat dosa, ”Masuklah engkau ke dalam surga karena Rahmat-KU.” dan DIA berkata keada yang rajin beribadah, ”Dan engkau masuklah ke dalam neraka.” Abu Hurairah berkata, ”Demi DZAT yang jiwaku ada di Tangan-NYA, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya.” (HR. Abu Dawud)
Juga dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, ”Ada orang yang berkata, ”Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampuni si fulan.” Maka ALLAH berfirman, ”Siapa yang bersumpah atas nama-KU bahwa AKU tidak akan mengampuni si fulan, sungguh AKU telah mengampuninya dan AKU membatalkan amalanmu.” (HR. Muslim)
7. Membenci Sunnah Rasulullah SAW Sekalipun Dia Mengamalkannya
”Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan ALLAH (Al Quran) lalu ALLAH menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9)
Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-NYA berupa Al-Qur’an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan, karena alasan itu ALLAH menghapuskan amal-amal kebajikan yang pernah dikerjakan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan oleh ALLAH untuk menjauhi sebab-sebab di atas. Kita memohon kepada-NYA agar amalan yang kita kerjakan dinilai sebagai amalan yang shalih di sisi-NYA. Amin ya Rabbil ’alamin
Sumber: Al-Furqon Edisi I Tahun VI