Sabtu, 05 Juli 2008

AMANAH

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati ALLAH dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

Semua yang ada dihadapan kita adalah amanah. Keluarga, masyarakat, pekerjaan, jabatan, harta, titipan dan juga semua perintah ALLAH dan Rasul-NYA, semua itu menuntut untuk ditunaikan. Tingkatan iman seseorang tergantung banyaknya amanat yang ia tunaikan. Jika tidak ada satupun amanat yang ditunaikan, maka tiada iman sedikitpun di hatinya. Nabi SAW bersabda, “Tiada iman bagi orang yang tidak amanah.” (HR. Ahmad)

Jika amanat belum tertunaikan di dunia, orang-orang yang memiliki hak akan menuntut di akhirat, meskipun ia adalah istrinya, anaknya, atau orang tuanya. Bukan lagi dengan uang atau barang, tapi pahala kebaikanlah yang menjadi alat pembayarannya. Jika kebaikannya habis, maka kesalahan orang ia zhalimi, atau tidak ia tunaikan haknya diambil dan ditimpakan kepadanya.
Ibnu Mas’ud mengungkapkan, “Pada hari kiamat, seseorang akan dipegang tangannya, lalu diserukan dihadapan semua manusia, ‘Ini adalah fulan bin fulan. Barang siapa yang memiliki hak atasnya, hendaklah ia mengambilnya.’ Maka ada seorang wanita yang menuntut ayahnya, saudaranya atau juga suaminya, lalu menjadi gembira karenanya.”

Bisakah kita bayangkan, seorang istri yang masih memiliki hak terhadap suaminya akan kegiranagan karena mendapat tambahan pahala, meskipun harus mengurangi pahala suaminya, meskipun suaminya akan celaka ia tidak peduli, dan tak akan menanyakan nasib kekasihnya. ALLAH berfirman, “Dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan temannya, padaha mereka saling melihat…” (QS. Al-Ma’arij: 10-11)
“Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab diantara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (QS. Al-Mukminun: 101)

Jabatan juga amanat. Jangan hanya sudi menerima gaji, lalu menelantarkan tugas dan lupa janji. Hanya siap jadi pejabat, namun tak siap menunaikan amanat. Seperti pesan Nabi SAW kepada Abu Dzar, bahwa jabatan itu amanat yang berat, ia akan menjadi penyesalan di Hari Kiamat, kecuali orang yang menunaikannnya dengan tepat.Barang titipan dan hutang juga amanat, konsekwensinya berat. Ibnu Mas’ud berkata, Shalat adalah amanat, wudhu’ juga amanat, timbangan dan takaran adalah amanat, yang paling berat adalah barang-barang titipan.”

Tentang hak yang belum ditunaikan, atau kezhaliman yang belum terbayarkan, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa pernah melakukan kezhaliman terhadap saudaranya, baik berupa kehormatan atau sesuatu yang lain, hendaknya menyelesaikannya di dunia. Sebelum datang hari yang tiada lagi dinar dan dirham. Jika ia memiliki amal shalih, akan diambil sesuai dengan kadar kezhalimannya. Dan jika ia tidak memiliki kebaikan, maka diambillah kejahatan orang yang dizhalimi, lalu ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhari-Muslim)

AMANAT ALLAH
ALLAH berfirman, “Sesungguhnya ALLAH memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisa: 58)
Menafsiri ayat di atas Ibnu Katsir menulis, “Ini adalah perintah untuk menyampaikan semua amanat secara umum. Amanat ini meliputi amanat yang merupakan hak ALLAH, seperti shalat, zakat, shiyam, membayar kafarat, memenuhi nadzar, dan sebagainya serta amanat yang merupakan hak sesama seperti menjaga titipan dan sebagainya.”
Oleh karena itu, semua yang telah ALLAH syariatkan dalam Agama-NYA adalah amanat yang harus kita tunaikan. Kelak akan dimintakan pertanggung jawabannya. “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-NYA dan merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 23)

AMANAT SESAMA
Sering kita diamanati oleh sesama, misal minta disampaikan salam atau diminta mendoakan atau yang lainnya. Namun sering sekali hal itu tidak kita tunaikan baik sengaja atau kita lupa menunaikannya.
Kebiasaan kita dengan sesama dalam masalah amanat ini, sering menganggapnya remeh, padahal dalam menerima amanat tersebut biasanya kita lazimkan dengan menyebut Insya ALLAH, sedangkan kita berniat untuk menolaknya.
Jika kita memang keberatan sebaiknya kita berterus terang untuk menolak daripada nanti kita dituntut di akhirat. Memang yang terbaik adalah saat kita diberikan amanah sudah seharusnya kita tunaikan amanat tersebut semampu kita. Bukan dengan mengiyakan, kemudian mengingkari.
Seperti yang disabdakan Nabi SAW, “Tunaikanlah amanah kepada siapa saja yang memberikan amanah kepadamu, dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (Hr. Tarmidzi)

AMANAHLAH JANGAN KHIANAT
Secara mendasar, khianat adalah penyalahgunaan kepercayaan dan penyelewengan amanat. Hal itu sama dengan mengurangi atau merampas sama sekali, hak-hak pihak yang mempercayakan amanat. Itulah pemicu berbagai kerusakan, apalagi ketika sudah menjadi budaya. Banyak akibat yang disebabkan khianat, baik yang menimpa diri pengkhianat secara pribadi, maupun timbulnya kerusakan secara umum.

Ketika sebuah amanat kekuasaan dikhianati, maka maraknya korupsi menjadi sebab krisis, ketimpangan sosial dan ketidakadilan. Kalau sudah begitu rakyatlah yang menjadi korban. Dan juga ketika terjadi kecurangan dalam timbangan, maka akan terjadi paceklik yang yang dirasakan oleh semua kalangan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah mereka mengurangi takaran kecuali tetumbuhan tertahan dan paceklik panjang menjelang.” (HR. Thabrani). Itu akibat yang terjadi secara umum akibat khianat.

Sedangkan secara pribadi, akibat dari pengkhianatan itu banyak sekali. Berikut adalah di antaranya:
1. Jauh dari rahmat dan petunjuk.
Orang khianat dipastikan jauh dari rahmat dan petunjuk, sebagaimana ALLAH telah firmankan, “Dan bahwasanya ALLAH tidak meridhoi tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yusuf: 52) Imam Adz-Dzahabi mengatakan, ‘maksudnya ALLAH tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang mengkhianati amanat.’ Jauh dari ALLAH. Dalam sebuah hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda, “ALLAH berfirman, ‘AKU adalah yang ketiga dari dua orang yang bersekutu selama yang satu tidak mengkhianati temannya.’” (HR. Abu Dawud, Shahih menurut Al-Hakim)

2. Khianat juga merupakan salah satu tanda munafik.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu apabila dia berbicara dia dusta, apabila berjanji dia mengingkari, apabila dipercaya dia mengkhianatinya. (HR. Bukhari-Muslim)
Sedangkan ALLAH juga telah menerangkan bagaimana akibat yang diterima orang munafiq, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 145)

3. Orang khianat juga bisa kehilangan segala kebaikan hingga seolah tiada yang tersisa keutamaan pada dirinya.
Bahkan Rasulullah SAW juga mensifati tiada diin (agama) lagi bagi mereka yang khianat. Sabdanya, “Tidak ada iman bagi yang tidak amanat, dan tidak ada diin bagi orang yang tidak memelihara janji.” (HR. Imam Ahmad, Al-Bazar dari Anas, serta Ath-Thabrani dari Ibnu Umar)

KEADAAN PENGKHIANAT DI NERAKA
Ibnu Mas’ud berkata, “Pada hari kiamat nanti, orang yang pernah mengemban amanat kemudian mengkhianatinya akan dihadapkan ke pengadilan akhirat. Dikatakan kepadanya, ‘Tunaikanlah amanatmu!’ Dia akan menjawab, ‘Diriku wahai RABB, dunia telah hancur.’ Lalu dibuatlah gambaran amanah itu di dasar jahanam seperti hari dia mengambilnya dahulu, lalu dikatakan kepadanya, ‘Turunlah dan keluarkan ia!’ Maka orang itupun turun dan memikulnya dipundaknya. Dan baginya, itu lebih berat dari gunung-gunung di dunia. Ketika orang itu merasa bahwa ia telah berhasil, beban yang dipikulnya itu jatuh lagi dan jatuh pulalah dia untuk selama-lamanya.”
Wallahu a’lam bishshawwab

Sumber: Ar-Risalah edisi No. 65 Tahun 2006