“Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Fushilat: 30)
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah mengatakan bahwa yang dimaksud taufiq adalah ketika ALLAH menjadikan kita bersandar kepada-NYA. Barangsiapa yang ALLAH kehendaki menjadi baik, niscaya ALLAH akan bukakan baginya pintu kerendahan hati dan kepasrahan jiwa serta kesinambungan permohonan berlindung kepada ALLAH, selalu berharap kepada-NYA, selalu melihat kesalahan diri sendiri, kejahilan, kezaliman dan pelanggaran yang dilakukannya, serta mengakui keutamaan RABB-nya, rahmat, kasih, kemurahan, kekayaan, dan hak-NYA untuk selalu dipuji. Doa seorang hamba kepada RABB-nya adalah salah satu manisfestasi dari keadaan tersebut.
PINTU SEGALA KEBAIKAN
Doa adalah ibadah. Doa adalah senjata. Doa adalah benteng. Doa adalah obat. Doa adalah pintu segala kebaikan. ALLAH memiliki dua sifat agung, yakni
yakni AR-RAHMAN dan AR-RAHIM. Tentang dua sifat tersebut, Abdullah ibnul Mubarak berkata, “AR-RAHMAN yaitu jika DIA diminta pasti memberi, sedang AR-RAHIM yaitu jika DIA tidak dimintai maka DIA murka. ALLAH berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. Fushilat: 30)
Doa adalah ‘alat serba guna’ bagi seorang muslim, ia bermanfaat dalam menghadapi apaun yang terjadi dalam kehidupan ini. Rasulullah SAW bersabda, “Doa itu bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun (terjadi) maupun sesuatu yang belum terjadi, maka kalian wahai hamba ALLAH harus berdoa.” (HR. At-Tarmidzi)
BAHKAN TAKDIR BISA DIUBAH
Jika ada yang berkata, “apa faedahnya berdoa, sedangkan takdir tak bisa ditolak?”, maka harus diketahui bahwasanya termasuk bagian dari takdir adalah menolak bala (petaka) dengan doa. Jadi doa itu merupakan penyebab untuk menolak bala’ dan menghadirkan rahmat, sebagaimana sebuah tameng yag menjadi penyebab untuk menghalau anak panah, dan air yang menjadi penyebab tumbuhnya tanaman. Maka sebagaimana tameng itu menolak anak panah, yang berarti saling mendorong. Begitu pula antara doa dan bala’.
Ibnu Taimiyyah berkata, “Doa itu adalah salah satu penyebab yang bisa menolak bala’. Jika doa lebih kuat darinya maka ia akan mendorongnya, dan jika penyebab bala’ lebih kuat maka ia akan mengusir doa. Karena itu, diperintahkan ketika terjadi gerhana, dan bencana besar lain untuk shalat, beristighfar, bersedekah dan memerdekakan budak. Ibnul qoyyim juga berkata, “Doa termasuk obat yang bermanfaat, ia adalah musuh bala’, ia mendorongnya dan mengobati, ia menahan bala’ atau mengangkat, atau meringankannya jika sudah turun.”
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak bisa menolak qadha (takdir yang sudah terjadi) kecuali doa, dan tidak bisa menambah umur selain kebaikan.”(HR. At-Tarmidzi). Dan sabdanya pula, “Tidak menambah umur kecuali kebaikan, dan tidak bisa menolak qadar kecuali doa. Sesungguhnya seseorang bisa terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dia perbuat.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Sungguh layak jika Anas bin Malik juga berkata, “Janganlah kalian meremehkan doa, karena tidak ada seorang yang binasa bila mau berdoa.”
BERDOALAH PASTI DKABULKAN
Pada setiap doa seorang hamba ada jaminan untuk dikabulkan-NYA. ALLAH menjaminnya dengan janji, dan janji ALLAH bersifat mutlak. ALLAH berfirman, “Dan RABB-mu berfirman, ‘Berdoalah kepada-KU, niscaya AKU akan mengabulkan bagi-MU.” (QS. Al-Mu’min: 60) Dalam perkara ini Rasulullah SAW bersabda, “Tak satupun orang yang berdoa, melainkan dia berada di antara salah satu dari tiga kelompok; kadang dia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda demi pahalanya atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Al-Hakim)
Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim berdoa dengan satu doa yang di dalamnya dia tidak berbuat dosa dan tidak memutus tali silaturrahmi, kecuali ALLAH mengabulkannya dengan salah satu dari tiga hal, doanya segera dikabulkan atau disimpan untuknya di akhirat, atau mencegah keburukan yang sama darinya.” (HR. Muslim)
Terkabulnya doa adalah kekuasaan ALLAH semata, baik soal wujudnya pemberian maupun waktunya. Bahwa ALLAH Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Mengetahui. Yang Maha Pemurah apabila dimohon oleh hamba yang memuliakan-NYA, DIA akan memberi sesuatu dengan lebih utama menurut ke-Maha Tahuan-NYA. Sementara seorang hamba itu, pada dasarnya bodoh terhadap yang mana yang baik dan bermanfaat. ALLAH berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
DUA SAYAP DOA
Ibarat burung yang menerbangkan, demikian pula doa hendaknya memiliki sayap lengkap berupa raja’ (harap) dan kahuf (cemas). Dengan dua sayap inilah, hamba yang berdoa menerbangkan segenap melalui lisannya yang lemah, penuh noda dan dosa ke haribaan ALLAH. Firman ALLAH, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (ALLAH) memperbaikinya dan berdoalah kepada-NYA dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat ALLAH amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(QS. Al-A’raaf: 56)
Dengan sayap harapan, seorang hamba yang berdoa akan senantiasa optimis bahwa ALLAH selalu memberikan yang terbaik baginya. Sedangkan sayap kecemasan, seorang hamba akan berusaha sekuat tenaga memperbaiki dirinya. Ia cemas akan murka-NYA dan khawatir akan azab-NYA.
Dua sayap ini akan mengantarkannya kepada adab-adab berdoa. Dia akan memperbesar ketergantungan kepada RABB-nya, mencurahkan perhatian kepada yang dimintanya, memperhatikan tujuan yang ingin dia capai, dan semua unsur yang terkait dengan doa itu sendiri. Sebagai intisari ibadah doa yang dipanjatkan keluar dari hati yang ikhlas, yakni murni dan tulus karena ALLAH. Dia juga tidak akan mudah putus asa jika doanya tidak segera dikabulkan, dia tahu ada hikmah dibalik ditundanya doa yang dia panjatkan.
DOA YANG SEMPURNA
Disamping harus memperhatikan adab-adab doa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi siapa saja yang ingin menyempurnakan doanya. Agar bukan hanya demi terkabulnya doa, tetapi juga agar doanya berbuah pahala.
Pertama, harus yakin akan dikabulkannya doa. Hamba yang berdoa harus serta harus meresapi doa-doanya. Tidak patut hanya lafadz yang dihafalkan tanpa mengerti maknanya. Rasulullah SAW bersabda, “Mohonlah kepada ALLAH sementara kamu sangat yakin untuk dikabulkan, dan ketahuilah bahwasanya ALLAH tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan bermain-main.”(HR. Tarmidzi)
Selanjutnya, tidak boleh tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda, “Akan dikabulkan bagi seseorang di antara kamu selagi tidak tergesa-gesa, yaitu berkata ‘saya berdoa tetapi tidak dikabulkannya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk juga menjaga makan minum, serta pakaian yang halal dan bersih. Karena ALLAH itu suci, tidak menerima kecuali yang suci. Rasulullah SAW bersabda, “Ada seseorang yang sudah lama dalam safar (perjalanan) dengan rambut kusut dan (tubuh) penuh debu, ia mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata, ‘Ya RABB, ya RABB…’, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Ahmad, Muslim dan Tarmidzi)
Dan tak kalah pentingnya adalah ikhtiar demi terkabulnya doa dan menjauhi sebab-sebab tertolaknya. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kalian memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, atau ALLAH akan mengirim siksa-NYAkepada kalian, lalu kalian berdoa kepada-NYA, tyetapi tidak dikabulkan.” (HR. Tarmidzi)
Sumber Tulisan: Ar-Risalah edisi 62 Agustus 2006
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah mengatakan bahwa yang dimaksud taufiq adalah ketika ALLAH menjadikan kita bersandar kepada-NYA. Barangsiapa yang ALLAH kehendaki menjadi baik, niscaya ALLAH akan bukakan baginya pintu kerendahan hati dan kepasrahan jiwa serta kesinambungan permohonan berlindung kepada ALLAH, selalu berharap kepada-NYA, selalu melihat kesalahan diri sendiri, kejahilan, kezaliman dan pelanggaran yang dilakukannya, serta mengakui keutamaan RABB-nya, rahmat, kasih, kemurahan, kekayaan, dan hak-NYA untuk selalu dipuji. Doa seorang hamba kepada RABB-nya adalah salah satu manisfestasi dari keadaan tersebut.
PINTU SEGALA KEBAIKAN
Doa adalah ibadah. Doa adalah senjata. Doa adalah benteng. Doa adalah obat. Doa adalah pintu segala kebaikan. ALLAH memiliki dua sifat agung, yakni
yakni AR-RAHMAN dan AR-RAHIM. Tentang dua sifat tersebut, Abdullah ibnul Mubarak berkata, “AR-RAHMAN yaitu jika DIA diminta pasti memberi, sedang AR-RAHIM yaitu jika DIA tidak dimintai maka DIA murka. ALLAH berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. Fushilat: 30)
Doa adalah ‘alat serba guna’ bagi seorang muslim, ia bermanfaat dalam menghadapi apaun yang terjadi dalam kehidupan ini. Rasulullah SAW bersabda, “Doa itu bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun (terjadi) maupun sesuatu yang belum terjadi, maka kalian wahai hamba ALLAH harus berdoa.” (HR. At-Tarmidzi)
BAHKAN TAKDIR BISA DIUBAH
Jika ada yang berkata, “apa faedahnya berdoa, sedangkan takdir tak bisa ditolak?”, maka harus diketahui bahwasanya termasuk bagian dari takdir adalah menolak bala (petaka) dengan doa. Jadi doa itu merupakan penyebab untuk menolak bala’ dan menghadirkan rahmat, sebagaimana sebuah tameng yag menjadi penyebab untuk menghalau anak panah, dan air yang menjadi penyebab tumbuhnya tanaman. Maka sebagaimana tameng itu menolak anak panah, yang berarti saling mendorong. Begitu pula antara doa dan bala’.
Ibnu Taimiyyah berkata, “Doa itu adalah salah satu penyebab yang bisa menolak bala’. Jika doa lebih kuat darinya maka ia akan mendorongnya, dan jika penyebab bala’ lebih kuat maka ia akan mengusir doa. Karena itu, diperintahkan ketika terjadi gerhana, dan bencana besar lain untuk shalat, beristighfar, bersedekah dan memerdekakan budak. Ibnul qoyyim juga berkata, “Doa termasuk obat yang bermanfaat, ia adalah musuh bala’, ia mendorongnya dan mengobati, ia menahan bala’ atau mengangkat, atau meringankannya jika sudah turun.”
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak bisa menolak qadha (takdir yang sudah terjadi) kecuali doa, dan tidak bisa menambah umur selain kebaikan.”(HR. At-Tarmidzi). Dan sabdanya pula, “Tidak menambah umur kecuali kebaikan, dan tidak bisa menolak qadar kecuali doa. Sesungguhnya seseorang bisa terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dia perbuat.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Sungguh layak jika Anas bin Malik juga berkata, “Janganlah kalian meremehkan doa, karena tidak ada seorang yang binasa bila mau berdoa.”
BERDOALAH PASTI DKABULKAN
Pada setiap doa seorang hamba ada jaminan untuk dikabulkan-NYA. ALLAH menjaminnya dengan janji, dan janji ALLAH bersifat mutlak. ALLAH berfirman, “Dan RABB-mu berfirman, ‘Berdoalah kepada-KU, niscaya AKU akan mengabulkan bagi-MU.” (QS. Al-Mu’min: 60) Dalam perkara ini Rasulullah SAW bersabda, “Tak satupun orang yang berdoa, melainkan dia berada di antara salah satu dari tiga kelompok; kadang dia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda demi pahalanya atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Al-Hakim)
Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim berdoa dengan satu doa yang di dalamnya dia tidak berbuat dosa dan tidak memutus tali silaturrahmi, kecuali ALLAH mengabulkannya dengan salah satu dari tiga hal, doanya segera dikabulkan atau disimpan untuknya di akhirat, atau mencegah keburukan yang sama darinya.” (HR. Muslim)
Terkabulnya doa adalah kekuasaan ALLAH semata, baik soal wujudnya pemberian maupun waktunya. Bahwa ALLAH Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Mengetahui. Yang Maha Pemurah apabila dimohon oleh hamba yang memuliakan-NYA, DIA akan memberi sesuatu dengan lebih utama menurut ke-Maha Tahuan-NYA. Sementara seorang hamba itu, pada dasarnya bodoh terhadap yang mana yang baik dan bermanfaat. ALLAH berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
DUA SAYAP DOA
Ibarat burung yang menerbangkan, demikian pula doa hendaknya memiliki sayap lengkap berupa raja’ (harap) dan kahuf (cemas). Dengan dua sayap inilah, hamba yang berdoa menerbangkan segenap melalui lisannya yang lemah, penuh noda dan dosa ke haribaan ALLAH. Firman ALLAH, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (ALLAH) memperbaikinya dan berdoalah kepada-NYA dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat ALLAH amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(QS. Al-A’raaf: 56)
Dengan sayap harapan, seorang hamba yang berdoa akan senantiasa optimis bahwa ALLAH selalu memberikan yang terbaik baginya. Sedangkan sayap kecemasan, seorang hamba akan berusaha sekuat tenaga memperbaiki dirinya. Ia cemas akan murka-NYA dan khawatir akan azab-NYA.
Dua sayap ini akan mengantarkannya kepada adab-adab berdoa. Dia akan memperbesar ketergantungan kepada RABB-nya, mencurahkan perhatian kepada yang dimintanya, memperhatikan tujuan yang ingin dia capai, dan semua unsur yang terkait dengan doa itu sendiri. Sebagai intisari ibadah doa yang dipanjatkan keluar dari hati yang ikhlas, yakni murni dan tulus karena ALLAH. Dia juga tidak akan mudah putus asa jika doanya tidak segera dikabulkan, dia tahu ada hikmah dibalik ditundanya doa yang dia panjatkan.
DOA YANG SEMPURNA
Disamping harus memperhatikan adab-adab doa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi siapa saja yang ingin menyempurnakan doanya. Agar bukan hanya demi terkabulnya doa, tetapi juga agar doanya berbuah pahala.
Pertama, harus yakin akan dikabulkannya doa. Hamba yang berdoa harus serta harus meresapi doa-doanya. Tidak patut hanya lafadz yang dihafalkan tanpa mengerti maknanya. Rasulullah SAW bersabda, “Mohonlah kepada ALLAH sementara kamu sangat yakin untuk dikabulkan, dan ketahuilah bahwasanya ALLAH tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan bermain-main.”(HR. Tarmidzi)
Selanjutnya, tidak boleh tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda, “Akan dikabulkan bagi seseorang di antara kamu selagi tidak tergesa-gesa, yaitu berkata ‘saya berdoa tetapi tidak dikabulkannya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk juga menjaga makan minum, serta pakaian yang halal dan bersih. Karena ALLAH itu suci, tidak menerima kecuali yang suci. Rasulullah SAW bersabda, “Ada seseorang yang sudah lama dalam safar (perjalanan) dengan rambut kusut dan (tubuh) penuh debu, ia mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata, ‘Ya RABB, ya RABB…’, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram, bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Ahmad, Muslim dan Tarmidzi)
Dan tak kalah pentingnya adalah ikhtiar demi terkabulnya doa dan menjauhi sebab-sebab tertolaknya. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kalian memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, atau ALLAH akan mengirim siksa-NYAkepada kalian, lalu kalian berdoa kepada-NYA, tyetapi tidak dikabulkan.” (HR. Tarmidzi)
Sumber Tulisan: Ar-Risalah edisi 62 Agustus 2006