“Dan katakanlah: “Segala puji bagi ALLAH, DIA akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-NYA, maka kamu akan mengetahui. Dan TUHAN-mu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 2)
Peristiwa besar ini telah jelas dan gamblang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih yang jumlahnya sangat banyak dan mutawatir. ALLAH telah berfirman :“Maha Suci ALLAH, yang telah memperjalankan hamba-NYA pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah KAMI berkahi sekelilinginya agar KAMI perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran KAMI. Sesungguhnya DIA, adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS AL Isro : 1)
Adapun dalil dari hadits sangat banyak sekali, para ulama dari ahli ilmu sepakat dengan keshahihnya. Tercantum dalam kitab hadits, As-Shahihain, kitab-kitab tarikh, shirah dan tafsir yang ma’tsur dan terpercaya. Seluruh ulama sepakat dengan zhahirnya kejadian Isra’ yang termaktub dalam ayat tersebut dan sebagian kelompok ulama memandang bahwa kejadian Mi’raj tersirat dalam ayat yang tidak dijelaskan secara jelas dalam Al-Qur’an.
Firman ALLAH dalam surat An-Najm ayat 13-18: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagagian tanda-tanda (kekuasaan) RABB-nya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13-18)
Imam Ibnu Katsir berkata, “Nabi melihat bentuk asli malaikat Jibril pada dua tempat, ketika Beliau menerima wahyu pertama di gua Hira, beliau melihatnya membentangkan 600 sayapnya yang meliputi ufuk. Lalu ia mendekati Nabi SAW. Sebagaimana disebutkan dalam firman ALLAH yang artinya: “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-NYA (Muhammad) apa yang telah ALLAH wahyukan.” (QS An Najm : 5-10)
Yang kedua ketika malam Isra’ di Sidratul Muntaha sebagaimana firman ALLAH: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha.” (QS. An Najm: 13-14)
SIKAP ORANG YANG BERIMAN
Tiada yang lebih pantas bagi seorang yang mengaku beriman kepada ALLAH bahkan merupakan suatu kewajiban untuk meyakini dan mempercayai kebenaran kejadian ini. Contoh dan teladan ini ada pada diri Abu Bakar, karena pembenarannya ini di kala semua orang meningkarinya, karena hal inilah beliau mendapat gelar “As Shiddiq”.
Imam Ibnu Ishak mengisahkan bahwa ketika Rasulullah SAW turun dari langit menuju ke bumi bersama malaikat Jibril dan ketika itu Beliau sampai di Baitul Muqadas, Beliau bertemu dengan beberapa Nabi diantaranya adalah Nabi Ibrahim, Musa dan Isa kemudian kepada Beliau diajukan dua bejana yang berisi susu dan khamr. Beliau memilih bejana yang berisi susu dan meninggalkan khamr. Lalu meminum susu tersebut, malaikat Jibril pun berkata, “Engkau telah diberi hidayah dengan memilih sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia demikian juga umatmu telah mendapatkan hidayah itu serta diharamkan khamr bagi kalian.
Keesokan harinya ketika Rasulullah SAW sampai di Makkah di pagi hari Beliau ceritakan kejadian ini kepada orang-orang Quraisy dengan maksud mereka dapat mempercayainya. Tak berapa lama ada salah seorang sahabat Nabi yang mengumumkan kejadian ini kepada khalayak ramai, ia berkata, “Apakah kalian masih percaya kepada Al-Amin, Muhammad ?”. Mereka pun serentak menjawab, “Ya”. “Lalu apabila ia mengatakan akan ada seekor kuda yang akan datang menyerang dari balik bukit ini, apakah kalian juga akan mempercayainya?”. Untuk kedua kalinya mereka mengiyakannya. Kemudian sahabat tadi mengkisahkan kejadian Isra’ dan Mi’raj yang dialami Nabi SAW. Mereka merasa heran dan tidak percaya dengan apa yang ada pada mereka. Sebagian dari orang-orang yang telah masuk Islam menjadi ragu-ragu. Sedang orang musyrikin jelas mereka akan menolak dengan tegas dan menganggap Muhammad adalah seorang yang telah hilang akal. Mereka pun ingin menguji kebenaran peristiwa yang baru saja dialami Nabi tersebut dengan berbagai pertanyaan seperti berapa jumlah pintu dan jendela Masjid Al-Aqsha atau bagaimana sifat dan ciri-ciri pepohonan dan yang ada disekitarnya. Dan dengan mantap dijawab oleh Rasulullah. Segolongan manusia yang sebelumnya yakin dengan apa yang mereka yakini tetap saja dalan keragunnya dan akhirnya mereka murtad.
Segolongan orang Quraisy juga mendatangi Abu Bakar untuk memberitahu dan menanyakan kebenaran kisah ini. Beliau bertanya, “Apakah yang menceritakan ini adalah Muhammad?” Mereka menjawab dengan serentak, “Ya, itu dia sedang berada dalam masjid.” “Sungguh benar apa yang telah ia kabarkan, ini adalah pendapatku yang menyelisihi pendapat kalian”. Setelah itu beliau beranjak untuk menanyakan peristiwa ini langsung kepada Nabi. “Apakah benar apa yang mereka ceritakan datang darimu wahai utusan ALLAH,” tanya Abu Bakar. “Benar,” jawab Nabi. Kemudian sahabat Abu Bakar meminta Nabi untuk menceritakannya dan Beliau pun menceritakan apa yang telah terjadi pada diri beliau. “Demi ALLAH, sungguh benar apa yang dikatakan engkau wahai Rasulullah. Ini merupakan tanda kebesaran ALLAH,” sergah Abu Bakar.
Dengan jawaban tersebut Rasulullah memberinya gelar Ash-Shidiq (yang dapat dipercaya). Mulai hari itu pula Abu Bakar dipanggil dengan gelarnya.
Al-Hasan berkata, “Adapun bagi orang-orang yang mengingkari dan murtad dengan adanya kejadian ini, maka ALLAH telah menurunkan ayat atas mereka dalam surah al-Isra ayat 60 :
“Dan (ingatlah), ketika KAMI wahyukan kepadamu. ‘Sesungguhnya (ilmi) RABB-mu meliputi segala manusia’. Dan KAMI tidak menjadikan mimpi yang telah KAMI perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Dan KAMI menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (QS. Al-Isra : 60).
Demikian juga apa yang telah dikatakan Imam Qatadah.
SYUBHAT-SYUBHAT
Diantara pemahaman yang keliru dan sangat tidak mengimani apa yang telah menjadi kekuasaan ALLAH, menjadi tanda keagungan yang DIA miliki adalah seseorang yang menganggap mustahil dengan terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Ia beranggapan bagaimana mungkin seseorang dapat berjalan dari Masjidil Haram yang ada di Makkah menuju ke Masjidil Aqsha di Palestina hanya dalam satu malam. Kalaulah benar yang mustahil adalah perjalanan dari Masjidil Aqsha ke tingkatan langit paling tinggi dalam sekejap, satu malam saja. Sungguh orang-orang ini tidak beriman kepada ALLAH. Karena ALLAH telah kisahkan sendiri dengan firman-NYA dalam Al-Qur’an tentang kejadian Isra’ dan Mi’raj ini.
Atau seseorang yang menganggap mustahil dengan perjalanan ke luar planet bumi yang memiliki batas udara yaitu atmosfer bumi. Di luar batasan ini adalah ruang hampa udara berjarak 300 ribu kilometer lebih. Bilakah seseorang dapat hidup tanpa udara. Sekali lagi pemahaman ini adalah pemahaman orang-orang yang bodoh. ALLAH adalah Pencipta segala sesuatu. ALLAH maha berkehendak, menghidupkan dan mematikan sesuatu, hanya ALLAH-lah yang maha kekal dan hidup, yang mendahului dan mengakhiri sesuatu, maha sempurna ALLAH dari apa yang mereka anggap. Mereka meragukan kebenaran dan kekuasaan ALLAH.
WALLAHu a’lam.
sumber: Ar-Risalah: no. 38 tahun 2004
Peristiwa besar ini telah jelas dan gamblang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih yang jumlahnya sangat banyak dan mutawatir. ALLAH telah berfirman :“Maha Suci ALLAH, yang telah memperjalankan hamba-NYA pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah KAMI berkahi sekelilinginya agar KAMI perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran KAMI. Sesungguhnya DIA, adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS AL Isro : 1)
Adapun dalil dari hadits sangat banyak sekali, para ulama dari ahli ilmu sepakat dengan keshahihnya. Tercantum dalam kitab hadits, As-Shahihain, kitab-kitab tarikh, shirah dan tafsir yang ma’tsur dan terpercaya. Seluruh ulama sepakat dengan zhahirnya kejadian Isra’ yang termaktub dalam ayat tersebut dan sebagian kelompok ulama memandang bahwa kejadian Mi’raj tersirat dalam ayat yang tidak dijelaskan secara jelas dalam Al-Qur’an.
Firman ALLAH dalam surat An-Najm ayat 13-18: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagagian tanda-tanda (kekuasaan) RABB-nya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13-18)
Imam Ibnu Katsir berkata, “Nabi melihat bentuk asli malaikat Jibril pada dua tempat, ketika Beliau menerima wahyu pertama di gua Hira, beliau melihatnya membentangkan 600 sayapnya yang meliputi ufuk. Lalu ia mendekati Nabi SAW. Sebagaimana disebutkan dalam firman ALLAH yang artinya: “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-NYA (Muhammad) apa yang telah ALLAH wahyukan.” (QS An Najm : 5-10)
Yang kedua ketika malam Isra’ di Sidratul Muntaha sebagaimana firman ALLAH: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha.” (QS. An Najm: 13-14)
SIKAP ORANG YANG BERIMAN
Tiada yang lebih pantas bagi seorang yang mengaku beriman kepada ALLAH bahkan merupakan suatu kewajiban untuk meyakini dan mempercayai kebenaran kejadian ini. Contoh dan teladan ini ada pada diri Abu Bakar, karena pembenarannya ini di kala semua orang meningkarinya, karena hal inilah beliau mendapat gelar “As Shiddiq”.
Imam Ibnu Ishak mengisahkan bahwa ketika Rasulullah SAW turun dari langit menuju ke bumi bersama malaikat Jibril dan ketika itu Beliau sampai di Baitul Muqadas, Beliau bertemu dengan beberapa Nabi diantaranya adalah Nabi Ibrahim, Musa dan Isa kemudian kepada Beliau diajukan dua bejana yang berisi susu dan khamr. Beliau memilih bejana yang berisi susu dan meninggalkan khamr. Lalu meminum susu tersebut, malaikat Jibril pun berkata, “Engkau telah diberi hidayah dengan memilih sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia demikian juga umatmu telah mendapatkan hidayah itu serta diharamkan khamr bagi kalian.
Keesokan harinya ketika Rasulullah SAW sampai di Makkah di pagi hari Beliau ceritakan kejadian ini kepada orang-orang Quraisy dengan maksud mereka dapat mempercayainya. Tak berapa lama ada salah seorang sahabat Nabi yang mengumumkan kejadian ini kepada khalayak ramai, ia berkata, “Apakah kalian masih percaya kepada Al-Amin, Muhammad ?”. Mereka pun serentak menjawab, “Ya”. “Lalu apabila ia mengatakan akan ada seekor kuda yang akan datang menyerang dari balik bukit ini, apakah kalian juga akan mempercayainya?”. Untuk kedua kalinya mereka mengiyakannya. Kemudian sahabat tadi mengkisahkan kejadian Isra’ dan Mi’raj yang dialami Nabi SAW. Mereka merasa heran dan tidak percaya dengan apa yang ada pada mereka. Sebagian dari orang-orang yang telah masuk Islam menjadi ragu-ragu. Sedang orang musyrikin jelas mereka akan menolak dengan tegas dan menganggap Muhammad adalah seorang yang telah hilang akal. Mereka pun ingin menguji kebenaran peristiwa yang baru saja dialami Nabi tersebut dengan berbagai pertanyaan seperti berapa jumlah pintu dan jendela Masjid Al-Aqsha atau bagaimana sifat dan ciri-ciri pepohonan dan yang ada disekitarnya. Dan dengan mantap dijawab oleh Rasulullah. Segolongan manusia yang sebelumnya yakin dengan apa yang mereka yakini tetap saja dalan keragunnya dan akhirnya mereka murtad.
Segolongan orang Quraisy juga mendatangi Abu Bakar untuk memberitahu dan menanyakan kebenaran kisah ini. Beliau bertanya, “Apakah yang menceritakan ini adalah Muhammad?” Mereka menjawab dengan serentak, “Ya, itu dia sedang berada dalam masjid.” “Sungguh benar apa yang telah ia kabarkan, ini adalah pendapatku yang menyelisihi pendapat kalian”. Setelah itu beliau beranjak untuk menanyakan peristiwa ini langsung kepada Nabi. “Apakah benar apa yang mereka ceritakan datang darimu wahai utusan ALLAH,” tanya Abu Bakar. “Benar,” jawab Nabi. Kemudian sahabat Abu Bakar meminta Nabi untuk menceritakannya dan Beliau pun menceritakan apa yang telah terjadi pada diri beliau. “Demi ALLAH, sungguh benar apa yang dikatakan engkau wahai Rasulullah. Ini merupakan tanda kebesaran ALLAH,” sergah Abu Bakar.
Dengan jawaban tersebut Rasulullah memberinya gelar Ash-Shidiq (yang dapat dipercaya). Mulai hari itu pula Abu Bakar dipanggil dengan gelarnya.
Al-Hasan berkata, “Adapun bagi orang-orang yang mengingkari dan murtad dengan adanya kejadian ini, maka ALLAH telah menurunkan ayat atas mereka dalam surah al-Isra ayat 60 :
“Dan (ingatlah), ketika KAMI wahyukan kepadamu. ‘Sesungguhnya (ilmi) RABB-mu meliputi segala manusia’. Dan KAMI tidak menjadikan mimpi yang telah KAMI perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Dan KAMI menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (QS. Al-Isra : 60).
Demikian juga apa yang telah dikatakan Imam Qatadah.
SYUBHAT-SYUBHAT
Diantara pemahaman yang keliru dan sangat tidak mengimani apa yang telah menjadi kekuasaan ALLAH, menjadi tanda keagungan yang DIA miliki adalah seseorang yang menganggap mustahil dengan terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Ia beranggapan bagaimana mungkin seseorang dapat berjalan dari Masjidil Haram yang ada di Makkah menuju ke Masjidil Aqsha di Palestina hanya dalam satu malam. Kalaulah benar yang mustahil adalah perjalanan dari Masjidil Aqsha ke tingkatan langit paling tinggi dalam sekejap, satu malam saja. Sungguh orang-orang ini tidak beriman kepada ALLAH. Karena ALLAH telah kisahkan sendiri dengan firman-NYA dalam Al-Qur’an tentang kejadian Isra’ dan Mi’raj ini.
Atau seseorang yang menganggap mustahil dengan perjalanan ke luar planet bumi yang memiliki batas udara yaitu atmosfer bumi. Di luar batasan ini adalah ruang hampa udara berjarak 300 ribu kilometer lebih. Bilakah seseorang dapat hidup tanpa udara. Sekali lagi pemahaman ini adalah pemahaman orang-orang yang bodoh. ALLAH adalah Pencipta segala sesuatu. ALLAH maha berkehendak, menghidupkan dan mematikan sesuatu, hanya ALLAH-lah yang maha kekal dan hidup, yang mendahului dan mengakhiri sesuatu, maha sempurna ALLAH dari apa yang mereka anggap. Mereka meragukan kebenaran dan kekuasaan ALLAH.
WALLAHu a’lam.
sumber: Ar-Risalah: no. 38 tahun 2004