Selasa, 01 Juli 2008

PENGHANCUR AMAL

Suatu ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya duduk di masjid sedang menunggu datangnya shalat Ashar. Tiba-tiba, Beliau SAW bersabda: “Tak lama lagi akan datang calon penghuni surga.” Mendengar hal tersebut, Anas bin Malik penasaran dan ingin mengetahui siapa gerangan yang dimaksud. Tak lama kemudian masuklah seorang pria berpenampilan sederhana. Dari janggutnya masih menetes bekas air wudhu. Sesampai di masjid ia shalat dua rakaat. Ketika waktu Ashar tiba, ia pun ikut shalat berjama’ah.
Keesokan harinya, diwaktu yang sama, Rasulullah SAW mengulang lagi sabdanya, “Segera akan datang seorang pria calon penghuni surga.” Ternyata, sosok yang dimaksud adalah pria itu lagi. Hal itu terjadi tiga hari berturut-turut, dan yang dimaksud pria itu juga.
Peristiwa itu tidak hanya membuat penasaran sahabat Anas bin Malik, tapi juga menarik perhatian Abdullah Ibnu Umar. Ia pun tertarik untuk mengetahui rahasia dan keistimewaan yang dimiliki laki-laki itu. Selepas Isya’, Abdullah Ibnu Umar sengaja membuntuti sampai ke rumahnya. Aksi Ibnu Umar tersebut diketahui oleh pria tersebut. “Aku lihat sejak dari masjid engkau mengikutiku. Apa maksudmu?”, tanya laki-laki itu.
Abdullah mengutarakan keinginannya untuk menginap di rumah laki-laki itu. Kesederhanaan tempat tinggal dan jamuan makan malam tak mengundang rasa penasaran Abdullah.
Ia sengaja tidak tidur semalaman karena ingin menyaksikan pria itu bangun dan melaksanakan qiyamul lail. Usai shalat tahajjud ia tidur kembali dan bangun menjelang shalat subuh.
Kemudian, bersama Abdullah bin Umar, ia berangkat bekerja sebagai tukang batu. Sorenya pria itu ke masjid dan malamnya pulang ke rumah. Abdullah bin Umar mengikuti laki-laki itu hingga tiga hari lamanya. Tidak ada yang aneh.
Pada malam terakhir menginap, Abdullah bin Umar berkata, “Aku sengaja menginap di rumahmu karena mendengar Rasulullah SAW mengatakan anda adalah calon penghuni surga. Aku ingin tahu apa keistimewaan anda sehingga anda mendapat jaminan itu?”
Mulanya laki-laki tersebut menjawab biasa saja. Ia pun tidak tahu. “Aku tak melakukan ibadah apapun melebihi kebiasaanku”, katanya. Selanjutnya ia berkata, “Aku hanya istiqomah melakukan kewajibanku tepat pada waktunya. Aku tak menyakiti seorang manusia pun. Aku tak pernah dengki terhadap suatu nikmat yang ALLAH berikan pada orang lain. Mendengar jawaban lelaki itu, Abdullah berkata, “Inilah yang yang telah mengangkat derajat diri anda menjadi penghuni surga seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW.” (HR. Ahmad).
Ya, kasih sayang ALLAH meliputi semua makhluk-NYA, baik ketika hidup di dunia maupun hidup di akhirat. ALLAH menyiapkan surga, tak hanya untuk orang-orang yang berkedudukan istimewa. Orang biasa yang hanya melakukan amalan biasa-biasa juga bisa menikmati surga. Kebersahajaan ibadah, disempurnakan dengan akhlakul karimah.

AMALAN BERAT PADA TIMBANGAN AKHIRAT
Di akhirat kelak, amalan yang timbangannya amat berat adalah akhlak, sebagaimana sabda Rasulullah, “Tak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud)
Akhlak inilah yang pada hari akhirat banyak membantu kaum muslimin memperoleh surga. Sebaliknya karena akhlak pula banyak orang yang tergelincir masuk neraka.
Mereka inilah yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang bangkrut. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah yang datang pada hari kiamat dengan amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah makan harta orang itu lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan atas dosa-dosanya, maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka.”(HR. Muslim)
Demikian utamanya akhlak baik, sehingga Rasulullah menegaskan, “Orang yang paling dekat denganku kedudukannya pada hari kiamat ialah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. Ar-Ridha).

PENGHANCUR KEBAIKAN
Jika akhlak baik dapat mengangkat derajat seseorang sampai pada posisi puncak sebagai penghuni surga walaupun ibadahnya biasa-biasa saja, yaitu merasa cukup dan tidak dengki pada orang lain. Maka sebaliknya, jika ada rasa dengki, maka sifat ini sangat berbahaya. Rasulullah SAW menegaskan, “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
Sifat dengki adalah keinginan seseorang agar nikmat yang ada pada orang lain hilang. Sifat ini biasanya selalu ada pada setiap pembenci, sombong dan kikir. Bila orang lain mendapat kebaikan, niscaya ia bersedih hati dan bila orang lain mendapat bencana ia justru bergembira.
Umar bin Khattab pernah berkata, “Cukup sebagai bukti si pendengki terhadapmu manakala ia merasa gundah di saat kamu bahagia.”
Abu Al-Laits As-Samarqandi, seorang ulama berkata, “Lima perkara akan sampai pada pedengki sebelum kedengkiannya sampai pada orang yang didengkinya. Pertama, kegundahan yang tidak henti. Kedua, mendapat musibah yang tak berbuah pahala. Ketiga, celaan yang tak berujung pujian. Keempat, kemurkaan Rabb. Kelima, tertutupnya pintu taufik baginya.”
Hasad adalah penyakit yang selalu menyebabkan orang lain tersakiti dan terzhalimi. Sang pendengki biasanya selalu meradang terhadap orang yang tak berdosa.
Kisah Habil dan Qabil, serta Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya menjadi pelajaran bagi kita. Ketika kedengkian mencapai puncaknya, ia akan melahap apa saja yang ada di sekitarnya. “Kedengkian memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”, (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah dan Ibnu Majah dari Anas)
“Penyakit umat sebelum kamu telah menular kepada kamu. Yaitu hasad dengki dan permusuhan. Permusuhan tersebut ialah pengikis dan atau pencukur. Saya tidak maksudkannya ia mencukur rambut, tetapi (yang saya maksudkan) ialah mengikis agama. (HR. Baihaqi)

OBAT PENYAKIT DENGKI
Sifat dengki bukan penyakit yang tak bisa diobati. Bak penyakit kanker, untuk menghilangkannya tak bisa dipotong ujungnya saja. Ia harus dipangkas dan dikikis sampai ke akar-akarnya.
Sumber penyakit dengki adalah hati. Karenanya, cara ampuh untuk mengikis dengki adalah dengan membersihkan hati. Di antara hal yang harus dilakukan adalah:
1. Memupuk Keikhlasan
Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang bisa menyebabkan hati seorang mukmin tidak akan dengki. Yaitu, ikhlas beramal, (berani) menasehati pemimpin, tetap berjama’ah dalam barisan kaum muslimin karena doa mereka akan melindungi orang-orang dibelakangnya.” (HR Ahmad 4/80, Ibnu Majah 230, al-Hakim 1/86-87)
2. Membaca al-Qur’an
Al-Qur’an adalah obat dan yang akan membuka tirai penghalang dari rahmat ALLAH. Firman ALLAH, “Dan KAMI turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Isra’: 82). Juga, ALLAH tegaskan, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari RABBmu, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.” (QS. Yunus: 57)
3. Bersedekah
Sedekah seperti penebus. Ia merupakan sarana penyuci jiwa. ALLAH berfirman, “Ambillah zakat dari harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.” (QS.at-Taubah: 103)
4. Sebarkan salam
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasululllah SAW bersabda, “Demi DZAT yang jiwaku ada digenggaman-NYA, sesungguhnya kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak dikatakan beriman (dengan sempurna) sebelum kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”(HR. Muslim)
5. Berdoa
Cara inilah yang ditempuh orang-orang shalih yang diabadikan dalam al-Qur’an, “Dan orang-orang yang sesudah meraka berdoa, “Ya RABB kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami. Janganlah ENGKAU membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya RABB kami sesungguhnya ENGKAU Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Dengan memperhatikan hal di atas, Insya ALLAH kita bisa mengikis dengki yang merupakan penyebab rusaknya jalinan persaudaraan umat Islam. Seiring lenyapnya kedengkian dalam pribadi kaum Muslimin, rasa persaudaraan akan semakin tumbuh, berkembang dan membuahkan karya berguna bagi umat.

Sumber Tulisan:
Sabili edisi No. 5 TH XIII 22 September 2005