Senin, 28 Juli 2008

MUSLIM DI KANCAH FITNAH

“Lalu mereka berkata: ‘Kepada ALLAH-lah kami bertawakkal! Ya TUHAN kami; janganlah ENGKAU jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang'zalim.’”
(QS. Yunus: 85)

Fitnah adalah cobaan dan ujian. Dosa syirik disebut juga sebagai fitnah, kekufuran juga disebut fitnah. ALLAH Ta’ala berfirman dalam kitab-NYA, “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi.” (QS. Al-Baqarah: 193) Maksudnya yaitu sehingga tidak ada lagi syirik dan kekufuran.

Namun istilah fitnah lebih banyak diucapkan untuk sesuatu berupa bala dan cobaan yang kerap kali memperdaya dan menyimpangkan banyak orang dari jalan yang lurus. Sementara mereka tidak mampu mengatasinya, akhirnya mereka larut bersama bala dan cobaan tersebut. Itulah bala dan cobaan yang menyesatkan, yang Rasulullah SAW mengkhawatirkan terjadi pada umatnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Menjelang kiamat nanti bakal terjadi fitnah-fitnah seperti potongan malam kelam. Pada saat itu seseorang beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore harinya, beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi harinya. Ia menjual agamanya dengan materi dunia.” (HR. Abu Dawud)

Maknanya, apabila fitnah tersebut telah menimpa seseorang, ia akan terpedaya dan selanjutnya sesat serta menyimpang dari kebenaran dan petunjuk, bahkan juga rela menjual agamanya dengan dunia!

Fitnah-fitnah itu telah banyak kita saksikan pada hari ini. Ia benar-benar wujud bagaikan potongan malam kelam. Harta adalah fitnah (cobaan), anak-anak adalah fitnah (cobaan), wanita adalah fitnah (godaan), bercampur baur dengan orang-orang kafir dan munafik adalah fitnah (bencana), ajakan kepada kebathilan dan menjauhi kebenaran adalah fitnah (malapetaka), teman pergaulan yang jahat adalah fitnah (bencana), seruan kepada perkara sia-sia, sesat dan bathil adalah fitnah (bencana). Dan masih banyak lagi yang lainnya.

RAGAM FITNAH

Diantara fitnah yang paling ganas adalah merebaknya ajakan kepada kesyirikan atau kekufuran. Inilah ancaman terbesar bagi fitrah manusia, dan ALLAH Ta’ala telah memperingatkan manusia dari perkara tersebut dalam firman-NYA, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ALLAH; (tetaplah atas) fitrah ALLAH yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah ALLAH. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)

Fitnah dari jenis yang kedua adalah kemaksiatan yang merajalela. Fitnah ini berasal dari orang-orang yang gemar berbuat maksiat dan memerdekakan syahwat. Darimanapun golongan mereka namun dalam persoalan maksiat ini mereka telah se-ia sekata untuk melestarikan, bahkan menyerukan kepada orang lain agar mengikutinya. Yang demikian karena pandangan mereka telah terbalik, hatinya telah buta, nuraninya sudah tuli, sehingga menganggap baik kesesatan dan bangga terhadap kehinaan. Dan yang paling dahsyat darinya adalah eksploitasi terhadap kaum wanita.

Rasulullah SAW telah mengabarkan bahwa wanita itu adalah salah satu fitnah terbesar, “Berhati-hatilah dari godaan dunia dan waspadailah rayuan kaum wanita, sebab fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah fitnah wanita.” (Hr. Muslim)

Kini kita lihat kebanyakan kaum wanita (di antara mereka itu ada istri kita, anak-anak kita dan keluarga kita) telah berani bersolek dan sangat terbuka. Atas nama persamaan dan kebebasan, juga atas “restu” kita sehingga mereka sampai hati menerjang kodrat kewanitaannya. Sebagian lainnya lagi dieksploitasi gila-gilaan melalui berbagai media dalam bermacam tampilan iklan, film dan foto-foto yang tak karuan. Tak ada akal sehat yang menolak bahwa itulah pemicu ledakan syahwat dan beragam interaksi yang diharamkan, termasuk perzinaan dan semua akibat yang dihasilkan.

Selain itu, ada juga fitnah tengah mewabah, yakni khamr, obat-obatan terlarang, musik dan nyanyian. Fitnah inilah yang telah banyak menelan korban dan merampas masa depan bangsa dimana saja, terutama generasi mudanya. Padahal sejak dini ALLAH telah memperingatkan, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat ALLAH dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Ma’idah: 90-91)

Demikian pula soal nyanyian, ALLAH telah berfirman, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan lahwul hadits untuk menyesatkan (manusia) dari jalan ALLAH tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan ALLAH itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)

Ibnu Mas’ud RA dan sebagian besar Ahli Tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan lahwul hadits (perkataan yang tidak berguna) dalam ayat tersebut adalah nyanyian. Hasan Al-Bashri berkata bahwa ayat itu turun dalam masalah musik dan nyanyian.

Imam Syafi’i juga berkata, “Nyanyian adalah kesia-siaan yang dibenci, bahkan menyerupai perkara bathil. Barangsiapa memperbanyak nyanyian maka dia adalah orang dungu, syahadat (kesaksiannya) tidak dapat diterima.” Dan masih banyak lagi ragam fitnah di zaman kita ini, tetapi tiga perkara itulah yang menduduki tiga besar yang paling harus diwaspadai.

HANYA SATU JALAN SELAMAT

Layaknya ketika seorang insan jatuh terperosok ke dalam mara bahaya dan musibah; maka ia harus bersegera mencari jalan keluar dan berusaha menyelamatkan diri. Tidak boleh hanya menerima dan membiarkan dirinya binasa.

Hal itu tak akan terjadi apabila seseorang itu tidak menyadari bahwa dirinya terjatuh ke lembah maksiat dan jurang kenistaan. Sehingga tidak ada kesadaran untuk keluar dari maksiat dan bertaubat ke jalan ALLAH, bahkan sebaliknya merasa dirinya dalam “kenikmatan surga” yang enggan dia kehilangan.

Sesungguhnya jalan agar tetap selamat hanyalah satu, yaitu jalan ALLAH yang lurus. Yang telah ALLAH sebutkan dalam firman-NYA, “Dan bahwa (yang KAMI perintahkan ini) adalah jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-NYA. Yang demikian itu diperintahkan ALLAH agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153)

Telah dinukil dari sebuah hadits shahih bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menarik sebuah garis lurus, lalu menarik garis-garis ke kanan dan ke kiri dari garis yang lurus itu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Inilah (garis lurus) jalan ALLAH, sementara garis-garis ke kanan dan ke kiri itu adalah jalan-jalan setan.” Kemudian Beliau membaca ayat: “Dan bahwa (yang KAMI perintahkan ini) adalah jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai- beraikan kamu dari jalan-NYA. (HR. Ahmad dan Ad-Darimi)

Ada yang mengibaratkan sebagaimana pelepah kurma yang menjulur hingga ke tanah. Sekiranya seekor serangga merayap naik melalui batangnya, niscaya ia akan menikmati buah kurma yang diinginkannya, artinya ia telah sampai ke tujuannya. Lain ceritanya jika ia naik melalui pelepah daun kurma yang menjulur ke kanan dan ke kiri itu, baru saja ia mencoba merayap naik pasti sudah terjatuh. Batang itulah ibarat jalan ALLAH, sementara pelepah daun kurma itu adalah jalan-jalan setan.

Meski boleh memilih, akal sehat niscaya mengambil yang memberikan manfaat. Karena itu, di sinilah letak pentingnya ilmu, karena hanya orang alim (berilmu) saja yang mengetahui apa yang bermanfaat baginya dan apa yang membahayakan dirinya. Ilmu adalah cahaya bagi hati dan penerang bagi akal pikiran. Imam Syafi’i mengatakan, “Tidak ada sesuatu lebih mulia setelah kewajiban kecuali menuntut ilmu. Karena ilmu itu adalah cahaya, yang dengannya memberi petunjuk bagi orang yang kebingungan.”

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa dikehendaki ALLAH baik, maka dipahamkan-NYA agama.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Sumber: Ar-Risalah No. 68 Tahun 2007