Selasa, 15 Juli 2008

DOSA (1)

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya KAMI hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan KAMI masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. An-Nisa: 31)

Tidak diragukan lagi, ketika seseorang muslim mengetahui faktor apa saja yang bisa menyeretnya dalam kubangan dosa, maka keimanan yang ada dalam hati- meskipun lemah-akan mendorngnya untuk menjauhi semua sebab, celah dan sarana menuju dosa. Perlu diperhatikan bahwa kadangkala faktor-faktor ini berhimpun menjadi satu dosa, namun ada kalanya hanya ada satu faktor yang menyebabkan suatu perbuatan dosa.

faktor pemicu dosa adalah sebagai berikut:
1. Ingin Meraih Kelezatan dan Kenikmatan
Seseorang menyangka bahwa ketika dia melakukan perbuatan dosa atau kriminal entah itu mencuri, mabuk memandang wanita yang bukan mahram, menikmati musik atau yang lainnya, dia akan mengenyam kenikmatan dan kepuasan yang besar dan permanen. Ini adalah bisikan jiwa kotornya yang selalu memotivasi kepada keburukan atas propaganda setan.

Boleh jadi dia memang sedikit merasakan kenikmatan itu, namun realita membuktikan bahwa kenikmatan tersebut tidak akan bertahan lama. Kemudian-bagi orang yang hatinya tidak mati-akan diliputi perasaan pedih, sesal, sedih dan duka cita, karena merasa kehilangan sesuatu yang lebih penting dan lebih berharga daripada nikmat sesaat tersebut.
ALLAH mengabarkan keadaan orang-orang kafir pada hari kiamat saat mereka akan dimasukkan ke neraka, dimana mereka telah mengenyam semua nikmat dunia dan melupakan kehidupan akhirat, ALLAH berfirman, “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik." (QS. Al-Ahqaaf: 20)

2. Panjang Angan-Angan
Ini adalah satu kondisi psikis yang melahirkan optimisme berlebihan bahwa dia tidak akan mati sekarang atau dalam usia yang sedang dijalaninya. Penyakit ‘Thulul Amal’. Panjang angan-angan ini bisa menyerang siapa saja, baik orang yang sudah tua renta, orang dewasa maupun pemuda belia, mereka terlau percaya diri bertolak dari angan-angan yang melenakan ini maka tak ada lagi pengahalang untuk memenuhi selera syahwat dengan perbuatan dosa dan maksiat. Dia lupa atau pura-pura lupa bahwa ajala tidak mentolerir usia, sehat ataupun sakit ketika datang menjemput.
Dan ALLAH berfirman, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. Al-Hijr: 3)
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raaf: 34)

3. Menuruti Bujukan Setan
Seseorang melakukan dosa karena menuruti rayuan dan godaan setan terhadap dirinya. Setan menghiasi perbuatan buruk di hadapan jiwa dan kedua matanya. Anda perlu mengetahui bahwa setan berjuang mati-matian untuk menjerumuskan seorang muslim ke dalam dosa dan bencana terbesar, mereka akan menjerumuskan manusia berkali-kali. Seperti yang diakatakan Ibnul Qayyim, “Sesungguhnya setan memiliki tujuh level godaan terhadap manusia, dia tidak akan beralih ke level yang lebih di bawahnya kecuali setelah kewalahan untuk membujuknya ke dalam dosa level tersebut. Level dosa tersebut adalah (dari yang paling berat) kekufuran, bid’ah, dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil, sibuk dengan perkara yang mubah, sikap mendahulukan sesuatu yang tidak penting dari pada yang lebih penting, terakhir mengerahkan pasukannya untuk menyakiti hamba yang shalih tersebut dengan berbagai macam gangguan.”
ALLAH berfirman, “Iblis menjawab: "Karena ENGKAU telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan ENGKAU yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan ENGKAU tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).(QS. Al-A’raaf: 16-17)

4. Dampak Negatif Pergaulan
Kadang, pada awalnya seseorang melakukan kemaksiatan tidak didasari rasa suka atau tertarik dengannya, tapi karena ikut-ikutan temannya yang buruk dan pendosa. Dia terdorong untuk menyesuaikan diri dengan maksiat yang dilakukan teman-temannya, baik dosa besar maupun dosa kecil sebagai tuntutan rasa setia kawan. Atau agar mereka tidak mengisolir atau menyakitinya. Tidak tahukah orang yang menzhalimi dirinya sendiri itu bahwa kawan-kawannya itu tidak akan berguna pada hari kiamat, tidak akan mampu menyelamatkan nya dari siksa ALLAH apabila terjadi.

ALLAH berfirman, “Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jinn dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.” (QS. Fushilat: 25)

5. Prasangka Baik kepada ALLAH (yang keliru)
Mayoritas orang yang melakukan maksiat dan dosa karena optimis atas keluasan rahmat dan ampunan ALLAH. ALLAH adalah RABB Yan Maha pemurah, Maha Mulia, Maha Penyayang, Maha Belas Kasih dan Mencintai. Pernyataan ini benar dan tidak perlu diragukan lagi. Namun sebaliknya mereka melupakan bahwa ALLAH Maha Pedih Siksa-NYA. Khususnya bagi orang yang durhaka kepada-NYA dan DIA tidak akan canggung atau sungkan untuk menyiksa orang-orang yang zhalim, dan bahwa orang yang selalu melanggar dosa kemudian menyandarkan ampunan ALLAH dan terus melakukan perbuatan dosa maka dia tidak berbeda dengan pembangkang.
Pemikiran seperti ini merupakan bukti keberhasilan setan dalam membujuk rayu dan tipu daya untuk berbuat maksiat. ALLAH berfirman, “Iblis berkata: "Ya TUHAN-ku, oleh sebab ENGKAU telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Al-Hijr: 39)

6. Karena Lemahnya Iman
Iman yang kokoh akan membangkitkan rasa selalu dalam pengawasan ALLAH, merasa malu berbuat maksiat dan takut akan adzab-NYA yang pedih. Iman juga akan mendorong mukmin untuk mengagungkan ALLAH, mencintai dan mentaati-NYA, sehingga dia bersegera meninggalkan dosa dan maksiat serta selalu mengerjakan amal kebajikan.
Jika imannya tipis atau lemah bahkan telah hilang, maka ia tidak disangsikan lagi akan terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan maksiat tanpa merasa menyesal atau berduka.

Sumber: Agar Tak Terjerumus Dosa, Al-Li’daan, Tibyan