Selasa, 15 Juli 2008

DOSA (2)

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat ALLAH; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (QS. Mujadilah: 19)

Dosa memiliki beragam pengaruh dan dampak buruk bagi kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Ibnul Qayyim berkata, “Tidak ada satupun keburukan dan penyakit di dunia dan di akhirat kecuali disebabkan oleh dosa-dosa dan kemaksiatan.”

Mari kita cermati dengan seksama dampak buruk dan sangsi-sangsi dosa yang menimpa seluruh sendi-sendi kehidupan. Akibat dosa itu antara lain:

1. Pengaruh Dosa Terhadap Hati
Hati bagi manusia ibarat raja yang berkuasa. Oleh karena itu, menjadi dasar, titik tolak dan yang mempengaruhi diterimanya suatu amal shalih. Namun perbuatan dosa bisa melemahkan kemauan hati untuk berbuat baik, melemahkannya untuk mendekatkan diri kepada ALLAH. Dosa juga menggerogoti sedikit demi sedikit keinginan untuk bertaubat yang lama kelamaan keinginan itu pupus sama sekali, sehingga hati menjadi mati, selalu bergantung kepada dosa dan maksiat. Akibatnya tidak ada lagi rasa malu melakukan dosa dihadapan manusia. Akhirnya hati itu tidak mengenal lagi kebaikan, tidak menolak kemungkaran serta tidak bisa membedakan yang benar dan yang bathil.

2. Pengaruh Dosa Terhadap Jiwa
Dampak paling buruk dosa terhadap jiwa adalah dosa-dosa tersebut akan melalaikan pelakunya dari diri sendiri. ALLAH berfirman, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada ALLAH, lalu ALLAH, menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)
Ketika manusia berani durhaka kepada ALLAH, ALLAH akan melupakannya dan akan membuatnya lupa terhadap dirinya sendiri. Maksud lupa di sini menurut Ibnul Qayyim meliputi beberapa pengertian. Yaitu pertama adakalanya lupa terhadap cita-cita yang luhur (masuk surga), faktor-faktor kebahagiaan, keselamatan dan kebaikannya, serta hal-hal lain yang sangat dibutuhkn oleh jiwa. Akibatnya masalah-masalh ini sedikitpun tidak terlintas dalam benaknya, tidak pula ia menaruh perhatian terhadapnya. Kedua melupakan aib, kekurangan dan cacat diri sehingga tidak terlintas dibenaknya untuk memperbaiki diri. Ketiga lupa terhadap penyakit dan kepedihan jiwa, sehingga tidak ada niat untuk mencarikan penawarnya, dan tidak pula berusaha menghilangkan penyakit yang bisa mengantarkannya pada kerusakan dan kebinasaan.

3. Pengaruh Dosa Terhadap Akal
ALLAH menganugerahkan akal kepada umat manusia yang menjadikannya istimewa dibanding dengan makhluk lain. ALLAH menjadikan akal sebagai tempat taklif (pembebanan) syariat. Karena dengan akal manusia mempunyai bashirah, yaitu bisa membedakan antara kebaikan dengan keburukan, kebenaran dan kebatilan. Oleh karena itu, wajib menjaga akal dari segala yang bisa memperkeruh kejernihannya.
Dan tidak ada yang lebih berbahaya dalam merampas kekuatan bashirah ini daripada perbuatan maksiat dengan beragam jenisnya.
Sebagian ulama berkata, “Seorang tidak durhaka kepada ALLAH kecuali di saat akal sehatnya hilang.” Hal ini logis, karena akal sehat masih ada, dia tidak berani berbuat dosa dan maksiat.
Beranikah dia berbuat maksiat sementara dia sendiri sadar berada dalam genggaman dan kekuasaan ALLAH yang selalu mengawasinya?
Tidakkah orang yang berbuat maksiat itu tahu bahwa kenikmatan maksiat itu akan sirna dan tidak sebanding dengan kenikmatan diakhirat? Tidakkah mereka tahu bila kemaksiatan yang mereka lakukan tersebut akan dibalas dengan siksa di neraka yang tak terbayang bagaimana pedihnya? Ya, mereka tahu tapi karena telah kehilangan akal sehatnya, maka mereka tidak dapat melihatnya.

4. Terhadap Hubungan dengan ALLAH
Dosa dan maksiat akan menyebabkan perasaan asing, jauh dan terkucilkan dari ALLAH yang selalu meliputi qalbu pelaku maksiat dan tidak bisa dihilangkan dengan kenikmatan apapun. Meskipun-boleh jadi-segala jenis kenikmatan tidak serta merta lenyap karenanya. Di antara tanda-tanda jauhnya dari ALLAH adalah tidak menaruh perhatian terhadap ALLAH, bosan mengingat, beribadah dan mentaati-NYA. Kalaupun dia beribadah, pasti bermalas-malasan, tiada rasa khusyu’ dan tenang, tiada rasa cinta dan ketenangan.
Tidak syak lagi, apabila jalinan antara hamba dan RABB-nya terputus berarti putus pula semua kebaikan. Yang tersisa adalah jalan-jalan yang menghubungkan kepada keburukan. Adakah masih ada keselamatan, harapan dan kehidupan bahagia bagi orang yang tidak memiliki akses kepada kebaikan yang semuanya bersumber kepada RABB sebagai Pencipta-nya.

5. Terhadap Hubungan Sesama Manusia
Di antara konsekuensi dari dosa dan maksiat, pelakunya merasa asing ditengah manusia, khususnya di lingkungan orang-orang baik. Semakin dosa bertambah, semakin bertambah pula perasaan asing itu, yang terwujud dengan dengan semakin besar kebenciannya kepada mereka. Dari sini, dia akan semakin menjauh dan enggan berkumpul sehingga tidak akan mungkin mendapatkan kebaikan dari mereka. Perasaan ini akan bertambah kuat hingga merusak hubungan dengan istri, anak dan karib kerabat yang lain, bahkan dengan dirinya sendiri. Anda akan melihat, orang seperti itu diliputi perasaan jijik dan benci bahkan kepada dirinya sendiri, gelisah, risau dan sedih.
Di sisi lain, dosa akan mengikis keluhuran dan kewibawaan pelakunya dari hati orang banyak. Sehingga mereka memandangnya sebelah mata sebagai balasan setimpal atas dosa-dosanya. ALLAH berfirman, “Dan barangsiapa yang dihinakan ALLAH maka tidak seorangpun yang memuliakannya.” (QS. Al-Hajj: 18)

6. Dosa memperpendek Usia
Dosa mengurangi usia pelakunya, sedangkan kebaikan menambah usia. Perbuatan dosa memperpendek usia atau minimal menghilangkan barakahnya.

7. Jatuh dalam Tawanan Setan
Tidak diragukan, bahwa awal mula perbuatan maksiat cukup sebagai bukti dominasi setan atas pelakunya. Maka manakala manusia terus-menerus melakukan maksiat dan menikmatinya, maka dominasi setan terhadap dirinya makin kuat. Artinya dia terjatuh dalam tawanan setan, penjara syahwat dan tawanan hawa nafsu. Klimaksnya, setan akan terus memapahnya untuk berbuat dosa setiap saat. Dia tidak berdaya menolak ajakan setan apalagi untuk bertaubat dan kembali kepada ALLAH (kecuali dengan kehendak-NYA).
ALLAH berfirman, “Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat ALLAH; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (QS. Mujadilah: 19)

8. Penyebab Su’ul Khotimah (mati dalam keadaan buruk)
Di antara akibat dosa yang paling mengkhawatirkan adalah ALLAH memvonis pelakunya mengakhiri hidupnya dengan su’ul khotimah, apabila dia tidak mau bertaubat dan kembali kepada-NYA sebelum ajal menjemput.
Diceritakan, di saat seseorang akan menjelang kematian dikatakan kepadanya, ‘Ucapkan Laa ilaaha Illallah!’, Dia menjawab, ‘Skak.’ Sehingga dia menghembuskan nafasnya dia tidak mampu mengucapkan Kalimat Tauhid tersebut. Hal itu, akibat dia selalu lalai mengerjakan shalat, dan lebih asyik dengan permainan caturnya.
Masih banyak lagi kisah serupa yang menunjukkan pelaku maksiat sangat besar sekali peluang untuk mati dalam keadaan su’ul khotimah. Mereka mati dalam keadaan bergelimang kemaksiatan dan belum sempat bertaubat.

9. Penyebab Kerusakan di Muka Bumi
Kebanyakan manusia menilai bencana dan malapetaka baik gempa, gunung meletus, wabah penyakit dan lain sebagainya hanya dari sudut pandang gejala alam saja. Sementara faktor-faktor ma’nawi seperti dosa dan maksiat, yang ikut andil mengundang bencana dan malapetaka tersebut mereka abaikan, tidak pernah dilirik dan dipikirkan.
Padahal ALLAH telah berfirman, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya ALLAH merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)

Sumber: Agar Tak Terjerumus Dosa, Al-Li’daan, Tibyan