Kamis, 26 Juni 2008

Agar Doa Terkabul

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Pernahkah kita merasa, mengapakah doa-doa yang kita lantunkan seperti jauh dari terkabul? Berprasangka buruk pada ALLAH adalah sebuah kedurhakaan. Tapi introspeksi atas diri sendiri, sudah layakkah doa kita untuk dikabulkan, barangkali akan lebih memacu kita agar bisa lebih baik lagi.
Mengenai doa, kita dapat belajar dari hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ALLAH itu thayyib (baik) dan hanya akan menerima sesuatu yang thayyib pula. ALLAH memerintahkan kepada orang mukmin sebagaimana diperintahkan kepada para Rasul. “Wahai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya AKU mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Juga, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang KAMI berikan kepadamu dan brsyukurlah kepada ALLAH jika hanya benar-benar kepada ALLAH kamu beribadah.” Kemudian Beliau mengisahkan seorang laki-laki yang bepergian jauh, rambut kusut masai, pakaian/tubuhnya berdebu, lalu mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berkata, “Wahai RABB-ku…, Wahai RABB-ku…”, akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dirinya dikenyangkan dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan!?” (HR. Muslim)
Hadits di atas mengajar kepada kita tips ataupun adab agar doa kita dapat terkabul. Dan yang menjadi titik tekan adalah bahwa terkabul tidaknya doa sangat terkait erat dengan halal tidaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi. Meski telah berdoa dengan cara dan adab yang baik, tapi jika makanan yang dikonsumsi haram, maka doa tidak akan terkabulkan.
Dari hadits di atas dapat diambil beberapa faidah, di antaranya:

Berdoa dalam kondisi safar
Dijelaskan bahwa waktu safar adalah waktu yang baik untuk memanjatkan permohonan. Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW, “Ada tiga jenis doa yang senantiasa dikabulkan oleh ALLAH; doa orang yang dianiaya, doa orang yang bepergian jauh, dan doa orang tua untuk anaknya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tarmidzi, hadits ini hasan)

Merendahkan Diri Di Hadapan ALLAH
Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak orang yang kusut masai rambutnya, berdebu tubuhnya dan lusuh pakaiannya, serta diusir jika ia mendekati pintu (rumah orang), namun ketika ia meminta kepada ALLAH, permintaannya pun dikabulkan.” (HR. Hakim)
Karena ALLAH sangat tidak menyukai kesombongan, maka sebaliknya ALLAH sangat menyukai sikap rendah diri. Orang-orang lemah dan miskin seringkali terhindar dari sifat ini sehingga mereka memiliki kemuliaan tersendiri.

Menadahkan Tangan Ke Langit
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ALLAH Mahahidup lagi Mahamulia, DIA akan merasa sangat malu jika ada salah seorang hambanya yang berdoa dengan mengangkat tangannya lalu membiarkannya kembali dengan tangan hampa dan tidak mendapatkan sesuatu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, disahihkan Albani)

Hanya Mengkonsumsi Yang Halal
Dari beberapa adab di atas, ini adalah yang paling penting. Sebab meski seseorang telah berusaha dengan sebaik mungkin dengan adab-adab di atas akan tetapi jika masih mengkonsumsi makanan haram, doa tidak akan terkabul.
Sa’ad adalah sahabat yang terkenal dengan doanya yang selalu mustajab. Dahulu beliau pernah meminta kepada Rasulullah SAW agar mendoakannya menjadi orang yang doanya mustajab. Dan Rasulullah SAW hanya berkata, “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu (dengan yang halal), doamu akan terkabul.” (HR. Thabrani)
Suatu hari, Sa’ad ditanya salah seorang sahabat bagaimana beliau menjadi orang yang mustabuda’wah, beliau menjawab, “Saya hanya akan memasukkan makanan ke dalam mulut, setelah tahu darimana makanan itu berasal dan bagaimana dikeluarkan.”

Bertawasul Dengan Asma ALLAH
Adab ini perlu diperhatikan. ALLAH berfirman, “Hanya milik ALLAH asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-NYA dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-NYA. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 180)
Bertawasul adalah memohon pada ALLAH dengan perantaraan. Diantara tawasul yang diperbolehkan adalah dengan Asmaul Husna. Sebelum berdoa, terlebih dahulu kita memanjatkan puji-pujian pada ALLAH, seperti takbir, tasbih, tahmid dan sebagainya disertai dengan menyebut Asmaul Husna.

Tidak Tergesa-gesa
Rasulullah SAW bersabda, “Masih akan dikabulkan (doa) salah seorang kalian selagi tidak tergesa-gesa dengan mengatakan, ‘Aku telah berdoa kepada RABB-ku tapi tidak terkabulkan.’” (HR. Muslim)
Sebab bisa jadi ALLAH memiliki hikmah lain di balik itu semua. Mungkin penangguhan terkabulnya doa sebagai peringatan baginya agar mawas diri, atau mengabulkan dari sisi lain, atau sebagai simpanan di akhirat.

Mengiringi Dengan Amal Shalih
Wahab bin Munabih pernah berwasiat, “Orang yang berdoa tapi tidak melakukan amal shalih, bagaikan orang memanah tanpa busur. Sebab, amal shalih adalah sarana agar doa terkabul.” Kemudian beliau membaca, “…Kepada-NYA-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-NYA.”(QS. Fathir: 10)

Optimis Doanya DiKabulkan
Rasulullah SAW bersabda, “ALLAH TA’ala berfirman, “AKU tergantung pada persangkaan hamba-KU, apabila ia berprasangka baik pada-KU, maka baginya kebaikan, namun jika ia berprasangka buruk pada-KU maka baginya keburukan.” (HR. Ahmad)
Sehingga tidak semestinya seseorang itu berdoa tapi berkata,
“Kabulkanlah jika ENGKAU mau.”
Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang kalian berdoa maka hendaklah memantapkan hatinya, dan jangan berkata, ‘Ya ALLAH jika ENGKAU kehendaki berikanlah kepadaku.’ Karena sesungguhnya ALLAH tidak ada yang memaksa.” (HR. Bukhari-Muslim)

Tidak Memohon Sesuatu Yang Berlebihan
Adalah tidak baik jika kita memohon berbagai hal berlebih-lebihan dan barangkali tak bisa dinalar. Abdullah bin Maghafal meriwayatkan, Nabi SAW pernah bersabda, “Akan ada di antara umat ini satu kaum yang berlebih-lebihan dalam bersuci dan berdoa.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Demikianlah. Setelah berusaha dan berdoa, kita tinggal menyerahkan semuanya pada ALLAH Yang Mahakuasa. Wallahu a’lam.

Sumber: Ar-Risalah no. 72 Juni 2007