”Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada ALLAH. Sesungguhnya DIA-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Fushilat: 36)
Dimasyarakat kita masih banyak sekali yang mempercayai adanya ‘hantu’. Hantu yang dimaksud menurut kepercayaan masyarakat adalah roh orang yang telah mati, gentayangan tidak diterima bumi karena berbagai sebab, misalnya mati tidak wajar seperti terbunuh, mati melahirkan, bunuh diri, atau kecelakaan. Sehingga banyak cerita yang beredar dari mulut ke mulut, misalnya tentang kuntilanak adalah hantu atau arwah gentayangan akibat mati karena melahirkan. Pocong, adalah roh orang yang mati dan sewaktu dikuburkan lupa membuka tali kapan. Dan masih banyak lagi berbagai cerita lain beserta bumbu-bumbunya. Kepercayaan ini makin kuat karena saat ini sinetron, film dan acara-acara di TV yang mengekspos masalah seputar hantu, dunia ghaib dan klenik.
Hantu-hantu yang bergentayangan itu kerjanya adalah mengganggu orang dengan menakut-nakuti, membuat kesambet atau sakit siapa saja yang terkena gangguannya, bahkan dapat menimpakan musibah lain. Sehingga, hal ini menjadikan orang-yang telah termakan dengan kepercayaan tersebut-melakukan berbagai hal untuk membentengi dan melindungi diri dan keluarganya. Misalnya bagi yang sedang hamil diwajibkan untuk membawa gunting atau pisau atau benda lain yang dianggap dapat menangkal bahaya kuntilanak. Anak kecil agar tidak sawan diberikan kalung dari benang atau banglai (jerangau/bangle) atau jimat lainnya. Benarkah ada hantu!??
Tentang arwah gentayangan atau hantu ini merupakan opini yang salah kaprah. Bukan persoalan ada tidak orang yang telah diganggu oleh hantu tersebut, tetapi dalam hal mengalamatkan siapakah yang menakut-nakuti itu.
Memang ada riwayat yang menyebutkan adanya ruh manusia yang melihat bagaimana orang-orang yang masih hidup memperlakukan jasadnya. Seperti yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Nabi SAW bersabda, “Jika jenazah telah siap, kemudian kaum lelaki memikulnya di atas pundak-pundak mereka, maka jenazah itu orang shalih ia berkata: ‘Segerakanlah aku!”, tetapi jika tidak (shalih), ia berkata kepada keluarganya: ‘Celaka, akan kalian bawa kemana aku?” Segala sesuatu akan mendengar suaranya selain manusia, dan andaikan manusia mendengarnya niscaya akan jatuh tersungkur.” (HR. Bukhari)
Hal ini juga dikuatkan pula oleh dua hal:
Pertama, keterangan yang shahih menyebutkan bahwa orang fajir mendapat siksa kubur, sedangkan orang yang shalih mendapat nikmat di kubur, bagaimana sempat mereka bergentayangan dengan berbagai motif misal balas dendam, menolong temannya yang masih hidup atau mencari kesenangan lain di dunia?
Kedua, andai saja orang yang telah mati diberi kesempatan untuk beramal lagi, tentulah mereka memilih fokus untuk beribadah, bukan untuk balas dendam atau yang lainnya. Lagipula bagaimana dengan hisabnya di akhirat jika dia membunuh setelah matinya? Bagaimana pula dengan catatan amalnya? Jelas hal ini menyelisihi dalil-dalil qath’i yang menyebutkan bahwa manusia putus amalnya ketika telah mati. Seperti hadits yang sudah sangat populer, “Jika manusia mati, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Jin Sebagai Tertuduh
Yang paling mungkin, atau bahkan sudah dapat dipastikan yang melakukan itu adalah jin atau syetan yang menyerupakan dirinya dengan orang yang telah mati, atau melakukan sihir. Karena mereka memiliki kemampuan untuk malih rupa. Seperti ketika Perang Badar setan malih rupa menjadi Suraqah bin Malik untuk menjanjikan kemenangan kaum msyrikin atas muslimin. Tentang hal ini, turunlah firman ALLAH: “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.” (QS. Al-Anfal: 48)
Adapula jin yang yang pernah menampakkan diri dengan wujud ular lalu berperang dengan sahabat Anshar, keduanya mati dan tidak diketahui manakah di antara keduanya yang lebih dulu mati. (lihat HR. Muslim)
Jin Melakukan Sihir
Bisa jadi pula makhluk menakutkan yang nampak itu hasil sihir dari jin. Karena jin ada yang bisa melakukan sihir sehingga terbayang pada penglihatan manusia sesuatu yang menakutkan, atau seakan ada jalan padahal jurang dan semisalnya. Imam Nawawi dalam syarah Muslim ketika menjelaskan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wassallam, “Tidak ada hantu, tetapi sa’ali?”
Beliau berkata, “Para ulama menyebutkan bahwa maksud sa’ali adalah sihir yang dilakukan Jin. Dalam hadits yang lain disebutkan: “Jika ada hantu yang menampakkan diri maka hendaklah kalian mengumandangkan adzan.” yakni tepislah gangguan mereka dengan dzikrullah (mengingat ALLAH). Hal ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassallam tidak mengingkari wujudnya jin (hantu).”
Jadi hal ini menepis anggapan jahiliyah yang menganggap hantu adalah arwah gentayangan dari orang yang telah mati. Yang benar adalah itu semua adalah ulah jin. Hal yag sama dilakukan oleh jin pada kasus jaelangkung. Dia mengaku sebagai roh orang yang telah mati, sebab kematiannyapun dipilih yang menakutkan dan menyeramkan, seperti gantung diri, kecelakaan atau pembunuhan dan sebagainya. Demikian juga dengan kasus orang yang kesurupan yang mengaku sebagai roh orang tertentu. Itu semua ulah Jin. Wallahu a’lam.
-----------------
Sumber: Ar-Risalah no 33 Maret tahun 2004
(QS. Fushilat: 36)
Dimasyarakat kita masih banyak sekali yang mempercayai adanya ‘hantu’. Hantu yang dimaksud menurut kepercayaan masyarakat adalah roh orang yang telah mati, gentayangan tidak diterima bumi karena berbagai sebab, misalnya mati tidak wajar seperti terbunuh, mati melahirkan, bunuh diri, atau kecelakaan. Sehingga banyak cerita yang beredar dari mulut ke mulut, misalnya tentang kuntilanak adalah hantu atau arwah gentayangan akibat mati karena melahirkan. Pocong, adalah roh orang yang mati dan sewaktu dikuburkan lupa membuka tali kapan. Dan masih banyak lagi berbagai cerita lain beserta bumbu-bumbunya. Kepercayaan ini makin kuat karena saat ini sinetron, film dan acara-acara di TV yang mengekspos masalah seputar hantu, dunia ghaib dan klenik.
Hantu-hantu yang bergentayangan itu kerjanya adalah mengganggu orang dengan menakut-nakuti, membuat kesambet atau sakit siapa saja yang terkena gangguannya, bahkan dapat menimpakan musibah lain. Sehingga, hal ini menjadikan orang-yang telah termakan dengan kepercayaan tersebut-melakukan berbagai hal untuk membentengi dan melindungi diri dan keluarganya. Misalnya bagi yang sedang hamil diwajibkan untuk membawa gunting atau pisau atau benda lain yang dianggap dapat menangkal bahaya kuntilanak. Anak kecil agar tidak sawan diberikan kalung dari benang atau banglai (jerangau/bangle) atau jimat lainnya. Benarkah ada hantu!??
Tentang arwah gentayangan atau hantu ini merupakan opini yang salah kaprah. Bukan persoalan ada tidak orang yang telah diganggu oleh hantu tersebut, tetapi dalam hal mengalamatkan siapakah yang menakut-nakuti itu.
Memang ada riwayat yang menyebutkan adanya ruh manusia yang melihat bagaimana orang-orang yang masih hidup memperlakukan jasadnya. Seperti yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Nabi SAW bersabda, “Jika jenazah telah siap, kemudian kaum lelaki memikulnya di atas pundak-pundak mereka, maka jenazah itu orang shalih ia berkata: ‘Segerakanlah aku!”, tetapi jika tidak (shalih), ia berkata kepada keluarganya: ‘Celaka, akan kalian bawa kemana aku?” Segala sesuatu akan mendengar suaranya selain manusia, dan andaikan manusia mendengarnya niscaya akan jatuh tersungkur.” (HR. Bukhari)
Hal ini juga dikuatkan pula oleh dua hal:
Pertama, keterangan yang shahih menyebutkan bahwa orang fajir mendapat siksa kubur, sedangkan orang yang shalih mendapat nikmat di kubur, bagaimana sempat mereka bergentayangan dengan berbagai motif misal balas dendam, menolong temannya yang masih hidup atau mencari kesenangan lain di dunia?
Kedua, andai saja orang yang telah mati diberi kesempatan untuk beramal lagi, tentulah mereka memilih fokus untuk beribadah, bukan untuk balas dendam atau yang lainnya. Lagipula bagaimana dengan hisabnya di akhirat jika dia membunuh setelah matinya? Bagaimana pula dengan catatan amalnya? Jelas hal ini menyelisihi dalil-dalil qath’i yang menyebutkan bahwa manusia putus amalnya ketika telah mati. Seperti hadits yang sudah sangat populer, “Jika manusia mati, maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Jin Sebagai Tertuduh
Yang paling mungkin, atau bahkan sudah dapat dipastikan yang melakukan itu adalah jin atau syetan yang menyerupakan dirinya dengan orang yang telah mati, atau melakukan sihir. Karena mereka memiliki kemampuan untuk malih rupa. Seperti ketika Perang Badar setan malih rupa menjadi Suraqah bin Malik untuk menjanjikan kemenangan kaum msyrikin atas muslimin. Tentang hal ini, turunlah firman ALLAH: “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.” (QS. Al-Anfal: 48)
Adapula jin yang yang pernah menampakkan diri dengan wujud ular lalu berperang dengan sahabat Anshar, keduanya mati dan tidak diketahui manakah di antara keduanya yang lebih dulu mati. (lihat HR. Muslim)
Jin Melakukan Sihir
Bisa jadi pula makhluk menakutkan yang nampak itu hasil sihir dari jin. Karena jin ada yang bisa melakukan sihir sehingga terbayang pada penglihatan manusia sesuatu yang menakutkan, atau seakan ada jalan padahal jurang dan semisalnya. Imam Nawawi dalam syarah Muslim ketika menjelaskan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wassallam, “Tidak ada hantu, tetapi sa’ali?”
Beliau berkata, “Para ulama menyebutkan bahwa maksud sa’ali adalah sihir yang dilakukan Jin. Dalam hadits yang lain disebutkan: “Jika ada hantu yang menampakkan diri maka hendaklah kalian mengumandangkan adzan.” yakni tepislah gangguan mereka dengan dzikrullah (mengingat ALLAH). Hal ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassallam tidak mengingkari wujudnya jin (hantu).”
Jadi hal ini menepis anggapan jahiliyah yang menganggap hantu adalah arwah gentayangan dari orang yang telah mati. Yang benar adalah itu semua adalah ulah jin. Hal yag sama dilakukan oleh jin pada kasus jaelangkung. Dia mengaku sebagai roh orang yang telah mati, sebab kematiannyapun dipilih yang menakutkan dan menyeramkan, seperti gantung diri, kecelakaan atau pembunuhan dan sebagainya. Demikian juga dengan kasus orang yang kesurupan yang mengaku sebagai roh orang tertentu. Itu semua ulah Jin. Wallahu a’lam.
-----------------
Sumber: Ar-Risalah no 33 Maret tahun 2004