"Dan (DIA ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.”
(QS. An-Nahl: 16)
Sebut saja si fulan, ketika mendengar berita kematian, dengan semangat mengatakan: “Oo..Pantas, semalam saya melihat ada bintang beralih!” Keyakinan semacam ini masih dianut oleh sebagian masyarakat kita. Sebagian lagi memiliki anggapan sebaliknya, bila bintang beralih itu berarti tanda kebaikan, yaitu akan lahirnya seorang tokoh yang berpengaruh.
Kalau diruntut, ternyata keyakinan seperti itu telah dipelopori orang-orang jahiliyah sejak dahulu.
Ketika Nabi SAW bersama para sahabat sedang duduk-duduk, tiba-tiba terlihat di langit ada bintang beralih, maka Beliau bersabda, “Apa yang kalian katakan di masa jahiliyah dahulu ketika melihat yang demikian itu?” Para sahabat menjawab: “ALLAH dan Rasul-NYA lebih mengetahui, dahulu kami mengatakan bahwa pada malam itu telah lahir seorang pria agung dan telah wafat laki-laki yang agung pula.” Sebagai koreksi atas atas keyakinan jahil tersebut, Nabi SAW bersabda, “Bintang itu dilempar bukan karena seseorang mati ataupun lahir, akan tetapi RABB kita Tabaraka Wa Ta’ala ketika memutuskan perkara maka bertasbihlah para malaikat penyangga ‘Arasy, kemudian bertasbihlah para penduduk langit di bawah mereka, hingga tasbih tersebut sampai ke penduduk langit dunia ini. Kemudian para malaikat yang berada di bawah ‘Arasy bertanya kepada para penyangga ‘Arasy, ‘Apa yang telah di difirmankan oleh RABB kalian?’.... lalu merekapun mengabarkan apa yang telah DIA firmankan. Maka sebagian penduduk langit mengabarkan kepada sebagian yang lain sehingga kabar tersebut sampai ke langit dunia, ketika itu jin mencuri dengar tentangnya untuk dibisikan kepada para walinya (dukun), lalu dia dilempar dengan bintang tersebut. Maka jika mereka (berhasil mendengar) kemudian mengabarkan sesuai yang didengar, maka beritanya benar, akan tetapi mereka suka membuat-buat dan menambahnya.” (HR. Muslim)
Dijadikannya bintang sebagai pelempar setan adalah satu diantara tiga manfaat bintang yang difirmankan oleh ALLAH.
“Sesungguhnya KAMI telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan KAMI jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan KAMI sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 5)
“Dan (DIA ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 16)
Berdasarkan kedua ayat itulah Qatadah berkata, ALLAH menjadikan bintang itu untuk tiga hal, yakni sebagai perhiasan langit, sebagai penunjuk arah dan sebagai pelempar setan.
Bintang itu dilemparkan ke arah setan yang mencuri dengar di langit. Karena sejak dahulu banyak jin dan setan yang memiliki ‘kontrak kerja’ dengan para dukun sibuk mencuri informasi dari langit, “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Jin: 9)
Adakalanya mereka terkena lemparan tersebut sebelum mendapatkan berita, namun terkadang mereka terkena lemparan bintang setelah mendapatkan berita dan dikabarkannya kepada jin atau setan yang berada di bawahnya, hingga berita tersebut sampai ke telinga para dukun.
Jangan heran jika terkadang dukun menebak sesuatu dan tebakannya benar. Sebenarnya, tebakan benar tersebut amat jarang, bisa dibilang 1:100. Hanya saja tabiat manusia melebih-lebihkan hal-hal aneh sehingga seandainya lima kali tebakan sang dukun benar, maka mereka melupakan lima ratus tebakan yang salah.
Di dalam Shahihain diriwayatkan pula bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassallam ditanya tentang para normal, lalu Beliau bersabda, “Mereka tidak ada apa-apanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, terkadang mereka mengabarkan kepada kita tentang sesuatu (yang akan datang) dan ternyata benar.” Nabi shallallahu 'alaihi wassallambersabda, “Itu adalah berita yang dicuri oleh jin, lalu dibisikkan di telinga temannya (dukun) dan mereka campur dengan seratus kedustaan.”(HR. Al-Bukhari)
Adanya peluang benarnya berita dari dukun tersebut tidaklah mengandung pengertian bolehnya kita bertanya, apalagi membenarkan informasi darinya.
Bahkan dengan tegas Nabi shallallahu 'alaihi wassallam bersabda, “Barangsiapa mendatangi ‘arraf’ (tukang ramal atau dukun) dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wassallam, Beliau bersabda, “Barangsiapa mendatangi kahin (dukun) danmembenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam.” (HR. Abu Dawud)
Andai saja tindakan jin yang mencuri dengar di langit tersebut dianggap benar, tentunya mereka tidak dilempar dengan bintang.
Inilah informasi yang benar tentang bintang beralih, informasi yang berasal dari Kitabullah dan As-Sunnah.
Dan segala sesuatu yang bersumber dari kepercayaan yang tidak berdasar pada dalil dan ilmu, itu tidak lain adalah khurafat atau takhyul. Semua kepercayaan tersebut dapat mengantarkan kita pada perbuatan syirik yang akan merusak aqidah kita sebagai ahli tauhid.
Sumber Ar-Risalah No. 41. tahun 2004
(QS. An-Nahl: 16)
Sebut saja si fulan, ketika mendengar berita kematian, dengan semangat mengatakan: “Oo..Pantas, semalam saya melihat ada bintang beralih!” Keyakinan semacam ini masih dianut oleh sebagian masyarakat kita. Sebagian lagi memiliki anggapan sebaliknya, bila bintang beralih itu berarti tanda kebaikan, yaitu akan lahirnya seorang tokoh yang berpengaruh.
Kalau diruntut, ternyata keyakinan seperti itu telah dipelopori orang-orang jahiliyah sejak dahulu.
Ketika Nabi SAW bersama para sahabat sedang duduk-duduk, tiba-tiba terlihat di langit ada bintang beralih, maka Beliau bersabda, “Apa yang kalian katakan di masa jahiliyah dahulu ketika melihat yang demikian itu?” Para sahabat menjawab: “ALLAH dan Rasul-NYA lebih mengetahui, dahulu kami mengatakan bahwa pada malam itu telah lahir seorang pria agung dan telah wafat laki-laki yang agung pula.” Sebagai koreksi atas atas keyakinan jahil tersebut, Nabi SAW bersabda, “Bintang itu dilempar bukan karena seseorang mati ataupun lahir, akan tetapi RABB kita Tabaraka Wa Ta’ala ketika memutuskan perkara maka bertasbihlah para malaikat penyangga ‘Arasy, kemudian bertasbihlah para penduduk langit di bawah mereka, hingga tasbih tersebut sampai ke penduduk langit dunia ini. Kemudian para malaikat yang berada di bawah ‘Arasy bertanya kepada para penyangga ‘Arasy, ‘Apa yang telah di difirmankan oleh RABB kalian?’.... lalu merekapun mengabarkan apa yang telah DIA firmankan. Maka sebagian penduduk langit mengabarkan kepada sebagian yang lain sehingga kabar tersebut sampai ke langit dunia, ketika itu jin mencuri dengar tentangnya untuk dibisikan kepada para walinya (dukun), lalu dia dilempar dengan bintang tersebut. Maka jika mereka (berhasil mendengar) kemudian mengabarkan sesuai yang didengar, maka beritanya benar, akan tetapi mereka suka membuat-buat dan menambahnya.” (HR. Muslim)
Dijadikannya bintang sebagai pelempar setan adalah satu diantara tiga manfaat bintang yang difirmankan oleh ALLAH.
“Sesungguhnya KAMI telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan KAMI jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan KAMI sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 5)
“Dan (DIA ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 16)
Berdasarkan kedua ayat itulah Qatadah berkata, ALLAH menjadikan bintang itu untuk tiga hal, yakni sebagai perhiasan langit, sebagai penunjuk arah dan sebagai pelempar setan.
Bintang itu dilemparkan ke arah setan yang mencuri dengar di langit. Karena sejak dahulu banyak jin dan setan yang memiliki ‘kontrak kerja’ dengan para dukun sibuk mencuri informasi dari langit, “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Jin: 9)
Adakalanya mereka terkena lemparan tersebut sebelum mendapatkan berita, namun terkadang mereka terkena lemparan bintang setelah mendapatkan berita dan dikabarkannya kepada jin atau setan yang berada di bawahnya, hingga berita tersebut sampai ke telinga para dukun.
Jangan heran jika terkadang dukun menebak sesuatu dan tebakannya benar. Sebenarnya, tebakan benar tersebut amat jarang, bisa dibilang 1:100. Hanya saja tabiat manusia melebih-lebihkan hal-hal aneh sehingga seandainya lima kali tebakan sang dukun benar, maka mereka melupakan lima ratus tebakan yang salah.
Di dalam Shahihain diriwayatkan pula bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassallam ditanya tentang para normal, lalu Beliau bersabda, “Mereka tidak ada apa-apanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, terkadang mereka mengabarkan kepada kita tentang sesuatu (yang akan datang) dan ternyata benar.” Nabi shallallahu 'alaihi wassallambersabda, “Itu adalah berita yang dicuri oleh jin, lalu dibisikkan di telinga temannya (dukun) dan mereka campur dengan seratus kedustaan.”(HR. Al-Bukhari)
Adanya peluang benarnya berita dari dukun tersebut tidaklah mengandung pengertian bolehnya kita bertanya, apalagi membenarkan informasi darinya.
Bahkan dengan tegas Nabi shallallahu 'alaihi wassallam bersabda, “Barangsiapa mendatangi ‘arraf’ (tukang ramal atau dukun) dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wassallam, Beliau bersabda, “Barangsiapa mendatangi kahin (dukun) danmembenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam.” (HR. Abu Dawud)
Andai saja tindakan jin yang mencuri dengar di langit tersebut dianggap benar, tentunya mereka tidak dilempar dengan bintang.
Inilah informasi yang benar tentang bintang beralih, informasi yang berasal dari Kitabullah dan As-Sunnah.
Dan segala sesuatu yang bersumber dari kepercayaan yang tidak berdasar pada dalil dan ilmu, itu tidak lain adalah khurafat atau takhyul. Semua kepercayaan tersebut dapat mengantarkan kita pada perbuatan syirik yang akan merusak aqidah kita sebagai ahli tauhid.
Sumber Ar-Risalah No. 41. tahun 2004