Kamis, 26 Juni 2008

MENYINGKAP KESESATAN SYI’AH

”Dan bahwa (yang KAMI perintahkan ini) adalah jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-NYA. Yang demikian itu diperintahkan ALLAH agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah: 186)

Ketahuilah bahwa Syi’ah adalah agama di luar Islam. Perbedaan di antara kaum muslimin dengan Syi’ah sebagaimana berbedanya dua agama dari awal (dasarnya) hingga akhir yang tidak mungkin disatukan kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.

Agar para pembaca mengetahui atas dasar bashirah (ilmu), maka di bawah ini akan diungkapkan sebagian dari aqidah Syi’ah yang tidak seorangpun muslim meyakini salah satunya melainkan dia telah keluar dari Islam.

Pertama: mereka mengatakan bahwa ALLAH tidak mengetahui bagian tertentu sebelum terjadinya sesuatu. Dan mereka sifatkan ALLAH dengan Al-Bada’. Yakni ALLAH baru mengetahui setelah terjadinya sesuatu. Maha Suci ALLAH, alangkah besarnya kezhaliman dan kekufuran mereka. Aqidah mereka ini membantah seluruh isi Al-Qur’an dari awal sampai akhir, di antaranya, “Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.” (QS. Thaha: 7)

Kedua: Tahriful Qur’an (perubahan Al-qur’an). Yakni mereka meyakini telah terjadi perubahan besar-besaran di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat dan surat-suratnya telah dikurangi dan ditambahi oleh para Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam dibawah pimpinan tiga khalifah yang merampas hak ahlul bait yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman.

Mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur’an milik mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah, yang mereka namakan mushaf Fatimah.

ALLAH berfirman, “Sesungguhnya KAMI-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya KAMI benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9) dan “Yang tidak datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari RABB Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: 42)

Alangkah besarnya dusta dan penghinaan mereka terhadap Al-Qur’an. ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala telah menegaskan bahwa Al-Qur’an dalam pemeliharaan-NYA dan tidak kemasukan suatu kebatilan sedikitpun dari depan dan belakangnya.

Ketiga: mereka bersikap ghuluw (berlebihan) terhadap imam-imam mereka, sehingga mereka tinggikan sampai derajat uluhiyah (ketuhanan). Dalam kitab Al-Hukumatul Islamiyyah, Khomaini berkata, “Sesungguhnya yang pasti dari madzhab kami, bahwa sesungguhnya imam-imam kami itu mempunyai kedudukan (maqam) yang tidak bisa dicapai oleh satupun malaikat yang muqarrab (dekat) dan tidak oleh seorang pun Nabi yang pernah diutus.”

Maksudnya: Imam-imam mereka itu jauh lebih tinggi dari malaikat dan para Nabi semuanya.
Keempat: aqidah raj’ah. Yaitu hidup kembali di dunia sesudah mati atau kebangkitan orang-orang yang telah mati di dunia. Terjadinya, ketika Imam Mahdi mereka (imam ke 12)-menurut khayalan dan khurafat mereka-bangkit dan bangun dari tidurnya yang demikian lama lebih dari seribu tahun karena selama ini ia telah bersembnyi dalam goa. Maka, dihidupkanlah lagi imam-imam mereka dari yang pertama samai yang terakhir tanpa terkecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam dan putrinya Fatimah. Kemudian dihidupkan pula musuh-musuh Syi’ah yang terdepan ialah Abu Bakar, Umar, Usman dan seluruh sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam dan seterusnya.

Aqidah raj’ah ini jelas-jelas bertentangan dengan Al-Qur’an, di antaranya, “Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (hari kiamat).” (QS. Al-Mu’minuun: 100)
Ayat ini dengan jelas telah menyatakan bahwa orang yang telah mati akan hidup di alam barzakh atau alam kubur dan tidak akan hidup lagi di dunia sanpai mereka dibangkitkan nanti pada Yaumul Qiyamah.

Kelima: Mengkafirkan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam, kecuali hanya beberapa orang, yaitu Ali, fatimah, Hasan, Husain dan beberapa orang sahabat lagi. Dalam Kitab Haqqul Yakin (kitab syi’ah) Muhammad Baaqir Al-Majlisiy, “Aqidah kita tentang berlepas diri (al-baraa’) ialah: bahwa sesungguhnya kita berlepas diri dari empat orang berhala, yaitu: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Mua’wiyah. Dan dari empat orang perempuan, yaitu Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummul Hakam. Dan dari semua pendukung dan pengikut-pengikut mereka, dan sesungguhnya mereka adalah sejelek-jelek makhluk di permukaan bumi.”

Al-Kulainiy di kitabnya Al-Kaafiy di bagian kitab Raudhah mengatakan, “Bahwa dua syaikh (yang dimaksud adalah Abu Bakar dan Umar) telah berpisah dari dunia ini (mati) tidak bertaubat dan tidak mengingat apa yang keduanya perbuat terhadap Amirul Mukminin (yakni Ali bin Abi Thalib), maka atas keduanyalaknat ALLAH dan Malikat dan manusia semuanya.”

Demikian juga Mufid (juga syiah) dalam kitab Awwailul Maqaalaat, “Para sahabat adalah orang-orang kuffar, sesat dan terlaknat karena memerangi Ali dan mereka kekal di neraka.”
Bahkan dalam kitab mereka yang lain, mereka mengatakan bahwa orang yang pertama kali masuk ke neraka adalah Abu Bakar dan Umar, bahkan Umar akan di adzab lebih keras dari Iblis. (Lihat di kitab Al-Anwaarun Nu’maniyyah)

Tidak ragu lagi, bahwa celaan dan cacian serta pengkafiran kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam, adalah celaan dan tuduhan terhadap aama ALLAH dan syariatnya dan pelakunya telah megerjakan perbuatan kufur yan akan membawanya keluar dari Islam. Oleh karena itu, Syikhul Islam Ibnu Taimiyyah telah mengatakan, “Barangsiapa yang menuduh para sahabat telah murtad sesudah Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam wafat kecuali beberapa orang yang sangat sedikit sekali tidak lebih dari belasan orang saja, atau menuduh para sahabat mereka semuanya telah fasiq, maka hal ini tidak diragukan lagi tentang kufurnya orang yang berkata seperti itu.”

Beberapa hujjah yang dijadikan sebagai alasan kufurnya orang yang berkata seperti di atas adalah: karena dia telah mendustakan Al-Qur’an yang telah menetapkan keridhaan dan sanjungan ALLAH kepada para sahabat. ALLAH berfirman, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100). Demikian juga disebutkan dalam ayat-ayat lain seperti: Ali Imran: 110, Al-Fath: 29, dan sebagainya.

Juga mendustakan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam, “Sebaik-baik manusia adalah yang hidup di zamanku (sahabat), kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Pada Riwayat lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi ALLAH yang jiwaku yang ada di Tangan-NYA, kalau salah seorang kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat mencapai derajat mereka satu mud dan juga tidak setengah mud.” (HR. Bukhari Muslim) Keterangan: satu Mud = dua genggam telapak tangan.

Keenam: Taqiyyah. Yaitu zhahirnya (baik perbuatan atau perkataan) menyalahi apa yang tersembunyi di hati (bathin) mereka.

Inilah dusta dan nifaq! Yang dengan taqiyyah ini ditegakkanlah agama syi’ah yang dibina atas dasar kebohongan di atas kebohngan! Taqiyyah adalah sifat dan syi’arnya kaum syi’ah! Mereka katakan taqiyyah adalah agama mereka.

Alangkah serupanya amalan mereka dengan amalan kaum kafir. ALLAH telah menerangkan sifat orang kafir ini, “dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” (QS. Al-Baqarah: 14)

Demikian banyak kesesatan yang terdapat di dalam syi’ah, yang menunjukkan bahwa mereka bukanlah bagian dari Islam. Mereka telah membuat jalan sendiri di luar Islam.
“Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 108)

Naudzubillahi min dzalik.