Minggu, 29 Juni 2008

YANG SELAMAT DI TENGAH MARAKNYA ALIRAN SESAT

(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. An-Nahl: 32)
Fenomena perpecahan umat merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri lagi. Dimulai dengan munculnya Khawarij, kemudian Syi’ah dan seterusnya. Dan saat ini, di negeri kita mulai pula bermunculan kelompok baru yang semakin memecah belah umat. Sebut saja seperti Ahmadiyah, Islam jama’ah, Isa Bugis, Qiyadah Islamiyah dan lain sebagainya. Semua kelompok tersebut mengklaim kelompoknyalah yang paling benar, sedangkan orang di luar kelompoknya adalah kafir atau minimal sesat.
Menyikapi fenomena seperti ini, sebagian kaum muslimin ada yang berpandangan bahwa semua kelompok dalam Islam adalah benar. Karena masing-masing mempunyai dalil. Oleh karena itu, kemudian sebagian kaum muslimin bersikap toleran atau berusaha merangkul semua kelompok yang ada. Apalagi kalau sudah berbicara hitungan mencari massa. Pandangan seperti ini ternyata salah besar, karena bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits-hadits shahih yang mengabarkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya sesat dan masuk neraka, kecuali satu kelompok saja.

HANYA SATU YANG SELAMAT
ALLAH berfirman, “Dan bahwa (yang KAMI perintahkan ini) adalah jalan-KU yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-NYA. Yang demikian itu diperintahkan ALLAH agar kamu bertakwa.”(QS. Al-An’am: 153)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Setelah dalam ayat sebelumnya ALLAH banyak menjelaskan tentang perintah-perintah yang besar dan syariat yang penting, lalu ALLAH menjelaskan bahasa semua itu dan syariat secara umum merupakan jalan ALLAH yang lurus, bahwasanya hukum-hukum ini dan hukum-hukum lain yang serupa, yang telah ALLAH paparkan di dalam kitab-NYA dan telah ALLAH jelaskan kepada hamba-hamba-NYA merupakan jalan yang akan mengantarkan orang yang melaluinya kepada ALLAH dan kemuliaan di sisi ALLAH (surga). Jalan tersebut merupakan jalan yang lurus, mudah lagi singkat. ALLAH berfirman, “Ikutilah”. Maka ikutilah jalan itu, agar kalian bisa menggapai angan-angan indah serta kesenangan-kesenangan di surga. ALLAH juga berfirman, “Janganlah kalian menempuh jalan-jalan yang menyelisihi jalan lurus ini, karena hal itu akan menyesatkan kalian serta mencerai beraikan kalian dari jalan ALLAH, maka tidak ada jalan lain lagi di hadapan kalian melainkan jalan-jalan yang akan mengantarkan ke neraka jahim.”
Al-Imam Asy-Syatibi berkata tentang ayat di atas, “Jalan yang lurus itu adalah jalan ALLAH, yang ALLAH menyeru manusia agar melaluinya, dan itulah As-Sunnah (jalan Rasulullah), sedangkan yang dimaksud dengan al-subul adalah jalan-jalan orang-orang yang menyelisihi As-Sunnah; melenceng dari jalan yang lurus. Mereka itulah yang disebut Ahli Bid’ah. Tentang firman ALLAH, “Janganlah mengikuti jalan-jalan lain” maksudnya janganlah kalian mengikuti bid’ah-bid’ah dan syubhat-syubhat.”
ALLAH telah mengabarkan di dalam Al-Qur’an bahwa manusia akan menyelisihi jalan yang lurus tersebut, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh ALLAH. “Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu” (QS. Hud: 118-119)
Tentang tafisr ayat ini Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Manusia akan selalu menyelisihi kebenaran, berkenaan dengan agama yang mereka peluk, keyakinan yang mereka miliki, madzhab-madzhab yang mereka anut, dan pendapat-pendapat yang mereka pegangi, kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmat dari ALLAH. Yaitu orang-orang yang selalu mengikuti para Rasul ALLAH dan berpegang teguh dengan syariat ALLAH. Mereka inilah yang beruntung mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat karena merupakan golongan yang selamat.”
Kemudian Rasulullah SAW memperjelas makna ayat ini dengan sabdanya, “Telah berpecah kaum Yahudi menjadi 71 kelompok, Nashrani pun telah berpecah menjadi 72 golongan. Demi Yang jiwaku ada di Tangan-NYA, sungguh pasti berpecah umatku menjadi 73 golongan. Satu yang masuk surga sementara 72 lainnya masuk neraka. Ditanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” jawab Beliau, “Siapa saja yang serupa (mengikuti) dengan apa yang hari ini ada padaku dan sahabatku.”
Ada beberapa catatan penting dari kandungan hadits tersebut:
1. Para Ulama berpendapat bahwa biang terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan adalah bid’ah dalam agama.
2. Rasulullah SAW mengabarkan bahwa ke-72 golongan tersebut berada dalam neraka. Ini sebuah ancaman yang menunjukkan semua firqah tersebut telah melakukan maksiat besar. Sebagaimana disebutkan dalam kaidah ushul bahwa perbuatan yang diancam dengan neraka berarti dosa besar. Tentang besarnya dosa bid’ah, Imam Malik berkata, “Pelaku bid’ah tidak ada harapan untuk mendapatkan ampunan dari ALLAH, dia akan diadzab di neraka Jahanam disebabkan oleh perbuatan bid’ahnya tersebut.” Ayyub As-Sakhtiyani berkata, “Pelaku bid’ah semakin bersemangat mengamalkan bid’ahnya justru semakin menambah jauhnya dari ALLAH.”
Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Bid’ah lebih disukai iblis daripada maksiat, karena pelaku bid’ah merasa benar dengan bid’ahnya hingga tak ada keinginan untuk bertaubat, sementara pelaku maksiat merasa bersalah, dan ada kemungkinan baginya untuk sadar dan bertaubat.”
3. Ketika Rasululah SAW ditanya tentang siapakah kelompok yang selamat tersebut, Beliau menjawab, “Jalan yang aku tempuh saat ini dan juga para sahabatku” dan dalam riwayat lain “Al-Jama’ah”.
Tentang makna dari jawaban Rasulullah SAW tersebut, Imam Al-Syathibi berkata, “Para sahabat adalah orang yang paling mengikuti Al-Qur’an dan AS-Sunnah, maka semua orang yang mengikuti sahabat termasuk golongan yang selamat, yang akan masuk surga dengan karunia ALLAH.”
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus. Sementara itu sifat-sifat yang melekat pada Nabi SAW dan sahabatnya adalah berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian dengan pemaknaan dengan AL-Jama’ah dengan makna sahabat, karena kelompok tersebut adalah mayoritas pada saat Rasulullah SAW dan mereka berpegang teguh pada AL-Qur’an dan As-Sunnah.
Abdullah bin Mas’ud berkata kepada Amr bin Maimun, “Wahai Amr bin Maimun sesungguhnya sebagian besar jama’ah saat ini telah menyelisihi jama’ah. Sesungguhnya jama’ah itu adalah orang yang taat kepada ALLAH walaupun engkau sendiri.”
Imam Abu Syamah berkata, “Adanya perintah untuk bergabung dengan jama’ah yang dimaksud adalah berpegang dengan kebenaran dan mengikutinya, walaupun orang dengan kebenaran itu sedikit, dan yang menyelisihinya jauh lebih lebih banyak, karena kebenaran itu adalah yang diamalkan oleh jama’ah yang pertama, yaitu Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Dari penjelasan di atas bisa kita tarik kesimpulan:
1. Bahwa perpecahan umat dan banyaknya orang-orang yang menempuh jalan-jalan kesesatan merupakan suatu keniscayaan (takdir).
2. Golongan yang selamat adalah Al-Jama’ah. Pengertiannya bukan dengan mendirikan jama’ah atau bergabung dengan jama’ah yang ada, tetapi yang benar maksudnya adalah mengikuti Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
3. maka menjadi jelaslah kesalahan faham tentang jama’ah versi Ilam Jama’ah, NII dan kelompok-kelompok semisalnya.
4. bahwa setiap kelompok mengklaim kelompoknya yang paling benar dan yang paling selamat adalah merupakan suatu yang wajar, akan tetapi standar kebenaran atas klaim tersebut adalah perkataan Rasulullah SAW, “Jalan yang aku tempuh saat ini dan juga para sahabatku”, maka kita lihat manakah kelompok yang paling mengikuti Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Semoga kita selamat dan tetap istiqomah di atas jalan yang telah dilalui oleh Nabi SAW dan para sahabatnya. Dan selamat dari berbagai kesesatan dalam agama.

Sumber: Fatawa Vol. IV/No. 06 Tahun 2008