Selasa, 24 Juni 2008

Tiket Ke Surga

Punya Tiket ke surga, tentu saja menjadi dambaan setiap orang. Ada yang mendapat ‘tiket langsung’ tanpa hisab, tapi ada pula yang mesti antrian panjang karena beban yang berat. Apa tiket tersebut?
Tiket tersebut adalah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Barang siapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain ALLAH saja, tiada sekutu bagi-NYA, dan Muhammad adalah hamba dan rasul-NYA, dan bersyahadat bahwa Isa adalah hamba ALLAH, Rasul-NYA dan Kalimat-NYA yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari pada-NYA, (bersyahadat pula) bahwa surga itu adalah benar adanya dan nerakapun benar adanya, maka ALLAH pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Barang siapa yang konsekwen dengan syahadat seperti dalam hadits di atas secara ilmu dan pengamalan maka dia adalah Ahli Tauhid dan dia mendapatkan jaminan kepastian masuk surga. Dan tingkat keberadaannya di surga sesuai dengan amalnya masing-masing, bagi yang buruk amalnya berada ditingkat lebih rendah dibandingkan yang sempurna amalnya. Namun yang pasti setiap Ahli Tauhid bagaimanapun buruknya amalnya tetap masuk surga.
Tauhid merupakan asas Dienul Islam, pilar agama dan inti risalah Ilahi serta tujuannya. Ia merupakan poros sekaligus sandaran agama, seluruh persoalan akan bermuara kepadanya dan sangat bergantung kepadanya. Segala persoalan berasal darinya dan dikembalikan juga kepadanya.
Tauhid artinya pengesaan. Secara syar’i maknanya adalah: “Meyakini ke-Maha Esa-an ALLAH TA’ALA dalam Rububiyah, Uluhiyyah serta Asma dan Shifat-NYA yang Maha Sempurna.” Tauhid Rububiyah, artinya mengakui keesaan ALLAH sebagai RABB dan Raja segala sesuatu, yang menciptakan, mengatur sekaligus mengurusnya. Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengesakan ALLAH dalam segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin. Dan Tauhid Asma’ wash-Shifat artinya mengimani Nama-Nama dan Shifat-Shifat ALLAH yang Maha Indah dan Luhur seperti yang ditetapkan dalam Kitab-NYA dan ditetapkan melalui lisan Rasul-NYA.
Oleh karena itu, Pelaku Tauhid mendapatkan keistimewaan yang banyak dan khusus diperuntukkan baginya. Diantara keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:
 Ahli Tauhid mendapatkan Ketenangan dan Hidayah
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’Am: 82). Yang dimaksud orang beriman adalah orang-orang yang bertauhid. Adapun kedzaliman yang dimaksud adalah Syirik. Dan syirik adalah kedzaliman yang terbesar.
ALLAH berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Keutamaan berupa ketenangan dan hidayah tersebut, diperoleh saat di dunia dan akhirat. Ketentraman di dunia berupa ketenangan jiwa dari rasa takut dan sedih. Aman di akhirat berarti terhindar dari adzab sejak di alam kubur sampai hari berbangkit, seperti difirmankan ALLAH, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (QS. Al-Ahqaf: 13) Besarnya kadar ketentraman dan hidayah tergantung dari kebersihan Tauhid dari kotoran kedzaliman. Kedzaliman tersebut ada tiga bentuk, yaitu dzalim kepada ALLAH dengan menyekutukan-NYA (syirik), dzalim pada diri sendiri yaitu maksiat dan dzalim kepada orang lain, yaitu mengganggu haknya.
 Ahli Tauhid mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan diterima amalnya di akhirat.
ALLAH berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
 Ahli Tauhid Pasti Masuk Surga
“Barangsiapa mati sedangkan ia mempercayai Tiada Tuhan Selain ALLAH, maka ia masuk surga.” (HR. Muslim)
 Ahli Tauhid terbebas dari neraka
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ALLAH telah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: La ilaha illallah (tiada sesembahan yang hak selain ALLAH), dengan ikhlas hatinya dan mengharapkan (pahala melihat) Wajah ALLAH.” (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan perkataan “La ilaha illallah” di atas adalah perkataan yang memenuhi syarat dan rukunnya serta konsekwensi dengannya. Makna bebas dari api neraka ada dua bentuk: a) bebas dalam arti tidak pernah masuk neraka sama sekali atau b) bebas dalam arti keluar dari api neraka setelah memasukinya.
Jadi, ada tiga kemungkinan yang akan dihadapi ahli tauhid kelak di akhirat: a) menghadap ALLAH dalam keadaan bersih dari seluruh dosa maka dia langsung masuk surga; b) menghadap ALLAH dalam keadaan membawa dosa-dosa, maka ada dua kemungkinan, ALLAH mengampuninya dan langsung masuk surga atau; c) ALLAH tidak mengampuninya maka dia di adzab di neraka sesuai dengan kadar dosanya, kemudian dikeluarkan dari neraka.
 Timbangan Tauhid beratnya mengalahkan timbangan langit dan bumi
Nabi SAW bersabda, “… andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain ALLAH, serta ketujuh bumi diletakkan pada daun timbangan, sedangkan La ilaha illallah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka La ilaha illallah niscaya lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban, dan al-Hakim menyatakan shahih)
 Ahli Tauhid diampuni seluruh dosanya
Nabi bersabda dalam hadits Anas bin Malik, ALLAH TA’ALA berfirman: “Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-KU dengan dosa sepenuh jagad, sedang kamu ketika mati dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-KU, niscaya akan AKU berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula.” (HR. Tarmidzi)
Akan diampuni seluruh dosanya dengan syarat bersih dari syirik, artinya tidak ada kesyirikan dalam dirinya baik besar, kecil, banyak ataupun sedikit.
Waspadai Perusak Tauhid
 Riya’ terhadap amal ibadah (HR. Ahmad)
 Menyembah sesembahan selain ALLAH (HR. Bukhari)
 Mentaati selain ALLAH dalam hal menyelisihi hukum-hukum ALLAH. (QS. At-Taubah: 31)
 Mempercayai jampi-jampi dan benda-benda tertentu, seperti jimat (Rajah) atau pusaka mampu menghilangkan mudharat (bala’) atau mampu memberi manfaat. (HR. Ahmad)
 Mengharap berkah kepada Pepohonan dan bebatuan (HR. Tarmidzi)
 Menyembelih binatang atau memberikan sesajen yang ditujukan kepada selain ALLAH (HR. Muslim)
 Bernadzar kepada selain ALLAH (HR. Abu Dawud)
 Memohon perlindungan kepada selain ALLAH (QS. Al-Jinn: 6)
 Istighatsah (meminta pertolongan atas musibah yang menimpa) kepada selain ALLAH (QS. Yunus: 106)
 Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai perantara dalam berdoa. (HR. Abu Dawud)
 Membuat patung dan memuja kuburan (HR. Bukhari)
 Melakukan perbuatan sihir, seperti guna-guna, santet, pelet dan sebagainya (QS. Al-Baqarah: 102)
 Mendatangi dukun atau tukang ramal, mempercayainya dan meminta tolong kepadanya (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Thabrabi)
 Mempercayai akan datangnya kesialan atau akan mendapatkan keberuntungan karena sesuatu hal, misal melihat ular melintas di tengah perjalanan atau kejatuhan cecak (Thiyaroh). (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber Tulisan:
1. Majalah Nabila Volume I, nomor 12, September 2005
2. Cara Mudah Memahami Tauhid, As-Sulaimani Qor’awi, Pustaka At-Tibyan