Kamis, 26 Juni 2008

Kesesatan Ramalan

“Barangsiapa mendatangi arraf (tukang ramal) atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.” (HR. Turmudzi)

Menjelang akhir tahun dan memasuki tahun baru ini tidak saja ramai oleh perayaan dan peringatan menyambutnya. Tetapi ternyata diramaikan pula oleh berbagai ramalan paranormal. Ada yang berdasarkan perjalanan bintang. Ada yang berdasarkan Feng Shui. Ada yang didasarkan kitab-kitab Primbon, wangsit dan sebagainya. mereka ada yang meramalkan akan banyak terjadi bencana alam, seperti gempa, banjir, kecelakaan, bahkan ada yang meramalkan pulau jawa akan tenggelam, dan kerusuhan dan sebagainya. Ada juga yang meramalkan akan banyak terjadi perbaikan-perbaikan, dan sebagainya.
Ramalan-ramalan dari para paranormal tersebut banyak menghiasi berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Sehingga mau tidak mau, kita terus disodori dengan berbagai acara yang menjajakan kesyirikan. Yang terkadang bisa menjadikan kita percaya kepada berbagai ramalan dari paranormal tersebut, apalagi kalau kita melihat ada ’bukti’ dari ramalan mereka.
Bagi orang yang memang hobi dengan klenik, jelas ramalan-ramalan tersebut bagi mereka adalah hal yang wajib diikuti dan harus dijadikan pegangan untuk melangkah ke hari-hari yang akan datang. Bagi mereka penghobi syirik, apa yang dikatakan oleh sang dukun adalah suatu kebenaran. Apabila sang dukun meramalkan kebaikan maka, mereka akan bergembira. Sebaliknya bila sang dukun meramalkan keburukan mereka akan merasakan kesusahan. Untuk menghilangkan kesusahan itu, merekapun biasanya juga minta diberikan petunjuk, ajian, syarat dan lelaku khusus pula untuk menghilangkannya. Dan biasanya, mereka mengikuti petunjuk dari sang dukun dengan antusias dan tanpa banyak pertimbangan. Karena mereka yakin dengan kemampuan sang dukun, yang telah mendapat wisikan dari alam ghaib mengenai nasib mereka.

Rahasia Kehebatan Tukang Ramal
Sering kita dengar bahwa seorang dukun yang belum pernah bertemu sekalipun dengan si ’pasien’, kemudian dapat menebak dengan tepat pada saat pertama kali bertemu mengenai misal, nama, tempat tinggal, kesukaan, masa lalu, sakit yang dialaminya, atau apa yang akan disampaikan pasien tanpa bertanya terlebih dahulu. Hal ini disebut dengan ’Ngerti sak durunge winarah’. Ini akan menambah pamor sang dukun di mata pasien dan akan semakin mantap keyakinannya, serta akan makin pasrah dirinya kepada terhadap sang dukun.
Sebenarnya hal ini bukanlah misteri yang sulit diungkap. Karena sang dukun memiliki ’infojin’ sebagai pencari informasi di dunia manusia. Kemudian informasi tersebut dibisikkan kepada sang dukun sebagai ’CS’-nya. ALLAH telah menyebutkan hal ini di dalam AL-Qur’an, ”Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raaf: 27)
Dalam hadits shahih juga telah diberitakan mengenai kehebatan para tukang ramal ini. Dari A’isyah, ia berkata, ”Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para dukun”, Beliau bersabda, ”Mereka tidak ada apa-apanya.” Para sahabat berkata, ”Wahai Rasulullah, mereka kadang bisa menceritakan sesuatu yang benar kepada kami.” Maka Rasulullah SAW bersabda, ”Kalimat tersebut berasal dari kebenaran yang dicuri oleh jin, kemudian dibisikkan ke telinga para walinya (dukun), kemudian ia menambahnya dengan seratus kedustaan.” (HR. Bukhari-Muslim)

Tak Seampuh Yang Diduga
Seorang dukun yang meramal suatu peristiwa bisa saja benar. Tetapi kekeliruan dari ramalannya jauh lebih banyak. Ibaratnya si dukun meramal 100 hal, yang benar barangkali hanya satu atau dua kali. Tetapi karena rabunnya pikiran orang yang kadung ’beriman’ kepada sang dukun, maka kebenaran yang hanya sesekali itu dijadikan sebagai bukti penguat ’kesaktian’ sang dukun.
Kebenaran adalah dari hasil mencuri dengar berita dari langit. Terkadang sang jin berhasil mencurinya. Terkadang juga belum sempat mendengar apapun, sang jin sudah terkena lemparan bintang. Seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, ”Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Jin: 8-9)
Rasulullah SAW juga bersabda, ”... dan jin mencuri dengar untuk kemudian dia sampaikan kepada teman mereka (dukun), maka jin-jin itu dilempar dengan bintang.” (HR. Muslim)
Jadi bisa saja benar yang dikatakan oleh dukun, karena sang jin berhasil mendengarkan berita sebelum terkena lemparan panah api. Namun kebenaran tersebut sudah bercampur dengan seratus kedustaan.
Itulah yang sebenarnya terjadi. Sama sekali sang dukun dan juga sang jin tidak mengetahui segala yang ghaib seperti kebanyakan yang disangka oleh penggemar klenik penganut syirik. Hal ini dikabarkan di dalam Al-Qur’an, ”Maka tatkala KAMI telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’: 14)
ALLAH-lah yang mengetahui segala yang ghaib. Sebagaimana yang ALLAH firmankan, ”(DIA adalah TUHAN) yang mengetahui yang ghaib, maka DIA tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-NYA, maka sesungguhnya DIA Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Jin: 26-27)



Hukum Ramalan dan Meminta Diramal
Jadi sekalipun ada kebenaran di
dalam ramalan sang dukun, hal tersebut adalah HARAM. karena hal tersebut adalah perbuatan sebesar-besar dosa, yaitu syirik kepada ALLAH.
”Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengampuni dosa syirik, dan DIA mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-NYA. Barangsiapa yang mempersekutukan ALLAH, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’: 48)
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa mendatangi arraf (tukang ramal) atau dukun, lalu ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Turmudzi, Shahih)
”Tidak termasuk golongan kami orang yang meramal atau minta diramal, atau melakukan praktek perdukunan atau minta ditangani dukun, menyihir atau minta disihirkan. Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia benar-benar kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW. (HR. Al-Bazzar dengan Isnad yang bagus)