Kondisi umat Islam saat ini dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Mengambil isi membuang kulit
Sebagian orang ada yang lebih suka mengambil substansi dibalik syari’at, lalu meninggalkan syiar yang zhahir. Mereka memilah islam menjadi isi dan kulit, atau inti dan kemasan. HANYA MENGAMBIL ISI DAN MEMBUANG KULITNYA. Misal mereka berkata “Berjilbab itu tidak wajib, yang penting bisa menjaga diri dan kehormatan” atau “Buat apa shalat, yang penting selalu berbuat baik pada manusia”, atau pula “Shalat itu intinya adalah ingat kepada ALLAH. Nah, kalau kita sudah selalu ingat kepada-NYA walaupun nggak shalat, ya nggak masalah.”
Andai saja memang mereka benar kita boleh meninggalkan syiar agama yang zhahir, tentu Nabi SAW tidak akan melarang untuk jangan menyerupai orang kafir dalam penampilan dan perilakunya. Malah sebaliknya, Rasulullah SAW sangat melarang hal tersebut. Sabdanya, “Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani itu tidak bersemir, maka berbedalah dengan mereka.” (HR. Bukhari Muslim).
Pada riwayat lain, Rasulullah SAW melarang berpakain seperti pendeta (HR. Muslim). Karena kesamaan zhahir seseorang muslim dengan orang kafir menimbulkan kesamaran identitas. Seperti saat ini, sangat susah membedakan Muslim dengan orang kafir kecuali melihat dia sedang shalat atau dengan melihat KTP-nya.
2. Yang mengambil simbolnya saja
Ada sekelompok orang yang menampakkan Islam secara zhahir atau mengambil simbol-simbolnya saja, tapi keyakinan dan perilaku jauh dari nilai islam. Merekalah orang Munafiq yang menampakkan islam dalam zhahirnya, namun sesat dalam keyakinan hati dan pemahamannya. Misal, para dukun yang berpenampilan ustadz atau orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan tapi paling mewah dan meriah saat merayakan hari raya ‘Iedul Fitri.
3. Islam Pinggiran
Mereka adalah kelompok yang mengambil isi dan kulitnya, tapi hanya bagian yang disukai saja atau yang menguntungkannya saja. Sesekali mereka mengambil identitas dan aturan islam.
Di saat lain mereka mereka mengadopsi aturan yang bertentangan dengan islam, tergantung yang mana disukai dan menguntungkan. Ya benar, mereka beribadah kepada ALLAH dipinggiran saja, seperti yang difirmankan ALLAH, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah ALLAH dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)
Termasuk ke golongan ini adalah orang yang menikahi wanita lebih dari satu dengan alasan mengikuti sunnah Rasulullah, tapi enggan melakukan shalat, zakat, atau puasa.
MASUKLAH ISLAM SECARA KAFFAH
Islam adalah agama yang sangat sempurna dari segala sisinya dan sesuai dimanapun tempat dan sesuai dengan segala zaman. Karena Islam adalah aturan yang diturunkan ALLAH Yang Maha Mengetahui apa-apa yang baik bagi manusia dan apa-apa yang buruk bagi manusia.
Islam juga menjamin kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Jadi mustahil, bila ada yang menganggap Islam adalah agama yang ketinggalan jaman, atau hanya cocok untuk orang Arab saja. Demikian pula bila ada yang beranggapan, aturan-aturan Islam itu tak dapat diterapkan dalam kehidupan.
Kita diperintahkan masuk dalam Islam secara keseluruhan, menyerah penuh ketundukan disertai pengagungan terhadap syariat ALLAH. Sebagaimana firman-NYA, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah:208)
Ibnu Katsir menafsirkan, “ALLAH memerintahkan hamba-hamba-NYA yang beriman kepada-NYA dan mempercayai Rasul-NYA agar mengambil seluruh tali Islam dan syariat-NYA. Beramal dengan semua perintah-NYA dan meninggalkan seluruh larangan-NYA.
SATU-SATUNYA JALAN SELAMAT
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan ALLAH agar kamu bertakwa.”(QS. Al-An’am:153).
Ayat ini menguraikan bahwa Rasulullah saw. diperintahkan supaya menjelaskan kepada kaumnya bahwa Alquran yang mengajak kamu untuk mengikutinya adalah untuk kepentingan hidupmu. Dialah pedoman dan petunjuk dari Allah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridai-Nya, dan jalan ini adalah jalan yang lurus, ikutilah dia, dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain yang mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah.
Dalam hadis dari Ahmad, Nasai, Abu Syaikh dan Hakim dari Abdullah bin Masud dia menceritakan yang maksudnya: Rasulullah saw membuat satu garis lurus dengan tangannya lalu bersabda, "Ini jalan Allah yang lurus." Kemudian menggariskan beberapa garis lagi dari kanan-kiri garis pertama tadi lalu bersabda lagi, "Pada setiap jalan dari jalan-jalan itu ada setan yang mengajak untuk menempuhnya." Kemudian Rasulullah membaca ayat ini (QS Al-An'am:153)
Kemudian ALLAH menjelaskan selain Agama Islam, maka tidak akan diterima, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran:85)
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Umar ibnu Khaththab ra.: “Kami dulu hina, kemudian islam menjadikan kami mulia. Barangsiapa mencari kemuliaan dengan selain islam maka ALLAH akan menjadikannya hina.”
SIKAP KITA
Hamba yang beriman seharusnya mempunyai kebanggaan atas imannya. Tidak merasa rendah diri, apalagi rasa malu mengaku beriman kepada ALLAH. Karena sesungguhnya ALLAH telah menjamin kemuliaan orang yang beriman, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”QS. Ali ‘Imraan: 139)
Juga ALLAH telah menjamin kita telah berada di atas jalan yang lurus, “Sesungguhnya ALLAH Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf: 64)
RIDHO ISLAM SEBAGAI AGAMA
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang berkata: ‘Rodhitu billahi robban, wabil islami diinan, wabi muhammadin nabiyyan (artinya: Aku rela ALLAH sebagai RABB, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi), maka telah jadi kewajiban bagi ALLAH meridhoinya.' (HR. At-Tarmidzi)
Beriman kepada ALLAH tidak cukup hanya secara lisan, tapi harus diteguhkan dengan pengakuan hati dan diwujudkan dalam amal perbuatan yang berupa ketaatan menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi larangan-NYA. Seperti yang difirmankan ALLAH, “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf: 43).
Dan, “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk ALLAH, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am:162-163).
Sudah semestinya kita bersyahadah dengan lantang, seperti ucapan para Mujahid: “HIDUP MULIA DALAM ISLAM ATAU MATI SYAHID.”
Sumber Tulisan:
1. Panduan Materi Tarbiyah