Selasa, 24 Juni 2008

Mengapa ALLAH Jadikan Setan?

Tidak sulit menerima pengertian bahwa diciptakannya tumbuhan dan binatang pasti bermanfaat bagi manusia. Juga diciptakannya jannah, mudah untuk dimengerti faedah dan keutamaannya. Tapi butuh perenungan yang dalam untuk memahami hikmah diciptakannya setan. Apa faedahnya bagi manusia? Bukankah setan hanya mengajak kita kepada maksiat? memperbanyak manusia masuk neraka? bukankah adanya setan justru merugikan manusia? Lalu mengapa ALLAH menciptakan setan? Berderet pertanyaan masih tersedia jika anda ingin menambahnya.
Sebagaimana makhluk yang lain, diciptakannya setan tidaklah mengurangi kemahabijaksanaan ALLAH. Bahkan semakin mengukuhkannya. Pun, tidak pula ALLAH bermaksud menyengsarakan manusia dengan keberadaannya. Berikut ini hanyalah secuil- atau bahkan lebih-yang dijelaskan oleh para ulama mengenai hikmah diciptakannya setan.
Pertama, kesempurnaan ubudiyah kepada ALLAH hanya bisa diperoleh dengan mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam memusuhi setan dan antek-anteknya. Para Nabi memiliki kesempurnaan ubudiyah dengan menyelisihi setan, memohon perlindungan kepada ALLAH dari tipu dayanya. Begitupun orang-orang yang beriman, tidaklah mencapai kesempurnaannya dalam mengimani ALLAH melainkan dengan mengkufuri thaghut (setan). Andai saja tidak ada setan maka kesempurnaan itu tidak akan didapatkan. ALLAH berfirman : “Karena barangsiapa ingkar kepada Thaghut (setan) dan beriman kepada ALLAH, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul (ikatan) tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Albaqarah: 256)
Kedua, kisah durhakanya iblis membuat manusia takut terjerumus ke dalam dosa. Betapa Iblis dahulunya taat, lalu terlaknat karena membangkang perintah ALLAH. Bisa jadi manusia taat pada awalnya, tapi akhirnya berkhianat, inilah yang ditakutkan manusia. Rasa takut ini akan membawa manusia untuk senantiasa taat dan menjauhi maksiat.
Ketiga, pada penciptaan setan terdapat pelajaran bagi orang yang mau berpikir. Iblis yang membangkang dan takabur dari mentaati perintah ALLAH dan terus dengan kemaksiatannya sehingga neraka telah dijanjikan untuknya. Berbeda dengan Adam, meskipun pernah melakukan dosa, namun dia sudi bertaubat kepada ALLAH. Dua jalan yang berseberangan itu memungkinkan manusia untuk menentukan pilihan yang tepat. Apakah ingin mengikuti Iblis yang terkutuk, ataukah Adam yang diampuni ALLAH.
Keempat, keberadaan setan membuat seorang hamba mendekatkan diri kepada ALLAH untuk memohon perlindungan dalam menghadapinya. Dia sadar akan kelemahannya menghadapi tipu daya setan tanpa pertolongan dari ALLAH. Andai saja tidak ada setan, tentu seseorang merasa tidak perlu mendekat dan memohon pertolongan kepada ALLAH, karena tidak ada musuh yang harus ditakuti sehingga ia perlu meminta bantuan. Sedangkan ALLAH juga murka kepada orang yang tak sudi memohon kepadaNYA. Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa tidak memohon kepada ALLAH, niscaya ALLAH memurkainya.” (HR.Tarmidzi)
Kelima, keberadaan setan dan antek-anteknya, justru menunjukkan kemuliaan para Nabi dan para pengikutnya. Andai saja tidak ada yang jahat, niscaya tidak akan ketara keistimewaan orang yang taat. Andai saja tidak ada yang buruk, tidaklah nampak kebagusan sesuatu yang indah. Sebagaimana tidak akan terlihat keutamaan orang jujur kecuali ada orang yang hobi berdusta. Tidak tampak pula kelebihan orang yang amanah ketika tidak ada orang yang berlaku khianat. Begitulah, adanya keburukan semakin menambah kesan indahnya kebaikan.
Keenam, keberadaan setan dan antek-anteknya membawa konsekwensi terbukanya lahan amal yang sangat luas. Isti’adzah-doa memohon perlindungan, berjihad, bersabar, tawakal, mahabbatullah yang mengandung konsekwensi membenci dan memusuhi setan dan konco-konconya. Kesemua itu merupakan lahan amal yang utama.
Ketujuh, adanya setan menjadi ujian bagi manusia untuk membedakan mana yang taat dan mana yang jahat, mana yang mukmin mana yang kafir. Kejelasan antara batas keduanya adalah keharusan di dunia, sebagaimana ujung akhir keduanya sangat jelas. Orang shalih berada di jannah yang penuh dengan kenikmatan, kepuasan dan rasa aman. Sedangkan orang jahat berada di neraka yang identik dengan kesengsaraan, keputus-asaan dan ketakutan. ALLAH berfirman : “ALLAh sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga DIA menyisihkan yang buruk dari yang baik.” (QS. Ali Imran : 179)
Kedelapan, keberadaan setan membawa konsekwensi bergabungnya sebagian manusia menjadi tentaranya. Lalu tampaklah tanda-tanda kekuasan ALLAH yang diberikan kepada para Nabi dan Wali-NYA tatkala menghadapi setan dan bala tentaranya. Seperti mukjizat Nabi Musa ketika menghadapi Firaun, berupa tongkat yang bisa menjadi ular besar dan membelah laut. Juga Ibrahim yang tidak mempan dibakar dengan api. Nabi Daud yang bisa melunakkan besi. Juga Nabi Muhammad SAW yang bisa membuat bulan terbelah. Kejadian luar biasa itu tentu membutuhkan sebab yang tepat untuk realisasinya. Andai saja tidak ada musuh, semua kejadian besar itu tidak terjadi, atau minimal tidak perlu terjadi, wallahu a’lam.
Walhasil, suka atau tidak suka, setan telah nyata keberadaannya. Dia berdiri sebagai fihak yang memusuhi manusia. Tinggal bagaimana sikap kita menghadapinya. Menyerah kalah dan menjadikan dia sebagai rekanan, atau lantang menyerukan permusuhan kepada setan, karena memang dia adalah musuh. Seperti yang disebutkan ALLAH : “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia sebagai musuh. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir : 6)
BAGAIMANA MELINDUNGI DIRI DARI SETAN?
Agar selamat dari godaan setan yang terkutuk, hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Meluruskan Aqidah dengan tidak melakukan perbuatan syirik, bid’ah dan khurafat dalam ibadah juga dalam segala hal, serta memperteguh iman kepada ALLAH SWT.
 Mengerjakan yang diperintahkan ALLAH dan menghindari apa yang dilarangNYA.
 Merasa Cukup hanya dengan perlindungan ALLAH, sehingga tidak membutuhkan perlindungan selain dariNYA.
 Memperdalam ilmu agama.
 Bersabar dalam menghadapi ujian hidup dan tetap bersyukur atas segala nikmatnya.
 Berusaha mengendalikan hawa nafsu, sekalipun terhadap yang halal.
 Jangan sekali-kali mendatangi dukun untuk meminta jimat perlindungan dan lain sebagainya.
 Buang atau bakarlah sambil membaca ayat kursi segala bentuk jimat, benda–benda pusaka yang ada yang dipercayai memiliki kekuatan ghaib.
 Hindari hal-hal berikut : membuka aurat, memelihara anjing di rumah, menaruh patung atau gambar makhluk bernyawa apalagi gambar-gambar porno, menaruh alat-alat musik di rumah, mendengarkan musik atau nyanyian.
 Wirid-wirid yang dapat diamalkan, antara lain :
 Tegakkan shalat lima waktu.
 Dirikan shalat malam atau qiyamullail atau tahajjud.
 Hendaknya Selalu dalam keadaan berwudhu.
 Membaca Ta’awudz (a’dzubillahi minasysyathonirrojim) bila merasa ada godaan setan
 Membaca bismillah setiap memulai suatu pekerjaan, misal makan, minum, masuk rumah, keluar rumah dan sebagainya.
 Membaca ayat perlindungan, yaitu Al-fatihah, ayat kursi, 2 (dua) ayat terakhir surah Al-Baqarah, Al-Ikhlas, Al-falaq dan An-Nas, bacalah subhanallah 33x, alhamdulillah 33x, allahu akbar 33x setiap selesai shalat 5 waktu, ditambah dengan Dzikir : “La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syain qodir” yang dibaca sebanyak 100x setelah sholat shubuh dan sholat maghrib
 Saat hendak tidur sebaiknya berwudhu dengan sempurna kemudian kerjakan shalat sunat dua raka’at atau shalat witir dan sebelum tidur bacalah Al-ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing 3x lalu hembuskan ke telapak tangan dan usapkan kesekujur tubuh sebanyak 3x. Kemudian tidur dengan miring ke kanan lalu bacalah doa tidur :“Bismika Allahuma ahya wabismika amut”, setelah itu bacalah ayat kursi 1x , bacalah subhanallah 33x, alhamdulillah 33x, allahu akbar 33x dan lanjutkanlah dengan dzikir-dzikir lain sampai tertidur.
 Senantiasa Dzikrullah, membaca Al-Qur’an, bershalawat kepada Nabi SAW dan berdoa dengan doa yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits shahih.
Sumber tulisan :
1. Majalah Ar-Risalah edisi No. 55/Th. V Januari 2006
2. Terapi Gangguan Jin dengan Ruqyah dan doa, oleh Ustadz. Fadlan Abu Yasir, Lc
3. Terapi Serangan Sihir dengan Ruqyah dan doa, oleh Ustadz. Fadlan Abu Yasir, Lc
4. Kesurupan Jin dan cara pengobatannya secara islami oleh Syaikh Wahid Abdus Salam Bali.
5. Sihir dan cara pengobatannya secara islami oleh Syaikh Wahid Abdus Salam Bali.